Emosional menguasai diri tanpa henti
tanpa henti pula jiwa terus membara
bagai gunung api yang mengeluarka lava
terik panas matahari di padang pasir
atau bara api yang menyalah dari sebagian bara dari neraka
jiwa tak bisa terkendali
lahar jiwaku membakar semua orang disekitar
yang mengusik atau tidak
seketika hangus atas perbuatan dan perkataan menyakiti jiwa
kau dan kau pasti bertanya apa yang terjadi?
mulut pun bergerak dan berkata penat.
penat sampai kapan penat ku akan sirna
sampai kapan dunia ini meraungkan kehidupan pedih
dari diriku sirapu ini
jiwa ini sudah pedih menahan sesak dari serpihan kemunafikan
dengan kebohongan tiada tara
bersembunyi disela-sela dedaun kering hati tak bersalah
dengan tajamnya mata pisau yang tidak membunuh
tapi menerkah hati dan menyobeknya
kepanikan luar biasa
tetes air menenggelamkan semua didalam ketepurukan
serta hal-hal buruk tersembunyi dan terbuka seli berganti
kapan itu berhenti?
kapan semua senyap?
kapan itu terlihat indah bagai bungan tulip putih menentram jiwa
aku hanya diam didalam jiwa
mencoba merendah tapi tak bisa
mencoba pelan bersyukur tapi terhalang
mencoba menenangkan serta sabar tapi itu tak sekuat dulu
diriku terdiam dan mengahalikan diri
dan seraya berkata inikah hidupku
dan berucap kapan penat itu akan berakhir.