MAKALAH
Pendidikan Agama Islam
“Meneladani Perjuangan
Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam
di Madina”
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK ....
1. ...................................
2. ...................................
3. ...................................
4. ...................................
5. ...................................
SMA.............................................
TAHUN AJARAN 20.... - 201....
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Agama Islam ini dengan sebuah pembahasan tentang “Meneladani Perjuangan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam di Madina”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Serta ucapan terima kasih kepada guru pembimbing pelajaran Pendidikan Agama Islam yang terhormat Ibu Indrawati, S.Ag. dimana atas bimbingan beliau kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta referensi pembelajaran maupun inpirasi terhadap pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Palembang, Maret 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN ……..………………………….. 1
A.
Latar
Belakang ................................................. 1
B.
Rumusan
Masalah ............................................ 2
C.
Tujuan
................................................................ 2
BAB II : PEMBAHASAN ……….....………………………. 3
A. Pengertian Hijrah dan
Tujuan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam
Beserta Umat Isalam Hijrah ......................................... 3
B. Dakwa Rasullullah
Shallallahu Alaihi Wassalam Periode Madinah
............................................................................. 5
C. Strategi Dakwah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam Periode Madinah ............................................................................. 7
BAB III : PENUTUP …..…………..........................…........... 13
A.
Kesimpulan ......................................................... 13
B.
Saran
................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA ...….…………....................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kondisi bangsa Arab sebelum
kedatangan Islam, terutama di sekitar Mekah masih diwarnai dengan penyembahan
berhala sebagai Tuhan, yang dikenal dengan istilah paganisme.
Selain menyembah berhala, di kalangan bangsa Arab ada pula yang menyembah agama
Masehi (Nasrani), agama ini dipeluk oleh penduduk Yaman, Najran, dan Syam. Di
samping itu agama Yahudi yang dipeluk oleh penduduk Yahudi imigran di Yaman dan
Madinah, serta agama Majusi (Mazdaisme), yaitu agama orang-orang Persia.
Demikianlah keadaan bangsa Arab
menjelang kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam. yang membawa Islam di tengah-tengah bangsa Arab.
Masa itu biasa disebut dengan zaman Jahiliah, masa kegelapan dan kebodohan
dalam hal agama, bukan dalam hal lain seperti ekonomi dan sastra karena dalam
dua hal yang terakhir ini bangsa Arab mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Di lingkungan inilah Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam. dilahirkan, disinilah beliau memulai untuk
menegakkan tonggak ajaran agama Islam, di tengah-tengah lingkungan yang sudah
bobrok dan penuh kemaksiatan. Meskipun diwarnai dengan berbagai rintangan yang
terus mendera. Namun, beliau tetap teguh dalam menyebarkan agama baru, yakni
agama Islam kepada masyarakat Arab ketika itu.
Fase kenabian Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, dimulai ketika beliau bertahanus
atau menyepi di gua hira, sebagai imbas dari keprihatinan beliau melihat
keadaan bangsa Arab yang menyembah berhala. Di tempat inilah beliau menerima
wahyu yang pertama kali, yaitu Al-‘Alaq ayat 1-5, maka Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. telah di angkat menjadi Nabi,
utusan Allah. Pada saat itu, Nabi Muhammad SAW. belum diperintahkan untuk
menyeru kepada umatnya, namun setelah turun wahyu yang kedua, yaitu surah
Al-Muddatstsir ayat 1-7, Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam. di angkat menjadi Rasul yang harus berdakwah. Dalam
hal ini dakwah Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam. dibagi menjadi dua periode, yaitu:
- Periode Mekah, ciri pokok dari periode ini, adalah pembinaan dan pendidikan tauhid (dalam arti luas),
- Periode Madinah, ciri pokok dari periode ini adalah pendidikan sosial dan politik (dalam arti luas).
Dakwah
adalah kegiatan yang bersifat menyeruh, mengajak, dan memanggil orang untuk
beriman dan taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sesuai dengan garis aqidah,
syari’at dan akhlaq islam. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wasallam ini bertepatan pada 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriyah dan
bertepatan pada tanggal 28 juni 621 Masehi. Hijrah adalah sebuah peristiwa
pindahnya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dari Makkah ke Madinah atas
perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk memperluas wilayah penyebaran islam
dan kemajuan islam itu sendiri.
B. Rumusan
Masalah
Dari
pemaparan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
- Apa pengertian dari hijrah serta apa yang menjadi
tujuan Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam beserta
umat Islam berhijrah?
- Bagaimana dakwah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pada periode Madinah?
- Bagaimana strategi dakwah yang dilakukan oleh
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pada
periode Madinah?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
- Mengetahui dan memahami pengertian hijra serta tujuan
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berserta
umat Islam berhijrah
- Mangatahui dan memahami Hijrah, Titik Awal Dakwah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam di Madinah
- Mengetahui dan memahami Strategi Dakwah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam di Madinah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hijrah dan Tujuan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Beserta
Umat Islam Berhijrah
Setidaknya ada dua macam arti hijrah
yang harus diketahui oleh umat Islam. Pertama hijrah berarti meninggalkan semua
perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah Subhanahu
Wa Ta’ala untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, yang diperintahkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan diridhai-Nya.
Arti kedua hijrah ialah berpindah
dari suatu negeri kafir (non-Islam), karena di negeri itu umat Islam selalu
mendapat tekanan, ancaman, dan kekerasan, sehingga tidak memiliki kebebasan
dalam berdakwah dan beribadah. Kemudian umat Islam di negeri kafir itu
berpindah ke negeri Islam agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam
berdakwah dan beribadah. Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan umat
Islam, yakni berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun
pertama hijrah, bertepatan dengan tanggal 28 Juni 622 M.
Tujuan hijrahnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan umat Islam dari Mekah ke
Yastrib adalah:
- Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan,
ancaman dan kekerasan kaum kafir Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam meninggalkan rumahnya di Mekah
untuk berhijrah ke Yastrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kaum
Quraisy dengan maksud untuk membunuhnya.
- Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah
serta beribadah, sehingga dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di
jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, untuk
menegakkan dan meninggikan agama-Nya (Islam).
Rencana hijrah Rasulullah diawali
karena adanya perjanjian antara Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam dengan orang-orang Yatsrib yaitu suku Aus dan Khazraj
saat di Mekkah yang terdengar sampai ke kaum Quraisy hingga Kaum Quraisy pun
merencanakan untuk membunuh Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam.
Pembunuhan itu direncanakan
melibatkan semua suku. Setiap suku diwakili oleh seorang pemudanya yang
terkuat. Rencana pembunuhan itu terdengar oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, sehingga Ia merencanakan hijrah
bersama sahabatnya, Abu Bakar. Abu Bakar diminta mempersiapkan segala hal yang
diperlukan dalam perjalanan, termasuk 2 ekor unta. Sementara Ali bin Abi Thalib
diminta untuk menggantikan Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam menempati tempat tidurnya agar kaum Quraisy mengira bahwa
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam masih
tidur.
Pada malam hari yang direncanakan,
di tengah malam buta Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam keluar dari rumahnya tanpa diketahui oleh para
pengepung dari kalangan kaum Quraisy. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam menemui Abu Bakar yang telah siap
menunggu. Mereka berdua keluar dari Mekah menuju sebuah Gua Tsur, kira-kira 3
mil sebelah selatan Kota Mekah. Mereka bersembunyi di gua itu selama 3 hari 3
malam menunggu keadaan aman.
Pada malam ke-4, setelah usaha orang
Quraisy mulai menurun karena mengira Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sudah sampai di Yatsrib, keluarlah
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dan Abu
Bakar dari persembunyiannya. Pada waktu itu Abdullah bin Uraiqit yang
diperintahkan oleh Abu Bakar pun tiba dengan membawa 2 ekor unta yang memang
telah dipersiapkan sebelumnya. Berangkatlah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersama Abu Bakar menuju Yatsrib
menyusuri pantai Laut Merah, suatu jalan yang tidak pernah ditempuh orang.
Setelah 7 hari perjalanan, Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam dan Abu Bakar tiba di Quba, sebuah
desa yang jaraknya 5 km dari Yatsrib. Di desa ini mereka beristirahat selama
beberapa hari. Mereka menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam membangun
sebuah masjid yang kemudian terkenal sebagai Masjid Quba. Inilah masjid pertama
yang dibangun Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam sebagai pusat peribadatan.
Tak lama kemudian, Ali menggabungkan
diri dengan Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam. Sementara itu penduduk Yatsrib menunggu-nunggu
kedatangannya. Menurut perhitungan mereka, berdasarkan perhitungan yang lazim
ditempuh orang, seharusnya Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam sudah tiba di Yatsrib. Oleh sebab itu mereka pergi ke
tempat-tempat yang tinggi, memandang ke arah Quba, menantikan dan menyongsong
kedatangan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wasallam dan
rombongan.
Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu
pun tiba. Dengan perasaan bahagia, mereka mengelu-elukan kedatangan Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam. Mereka berbaris di sepanjang jalan
dan menyanyikan lagu Thala’ al-Badru, yang isinya:
“Telah tiba bulan purnama, dari Saniyyah al-Wadâ’i
(celah-celah bukit). Kami wajib bersyukur, selama ada orang yang menyeru kepada
Ilahi, Wahai orang yang diutus kepada kami, engkau telah membawa sesuatu yang
harus kami taati. Setiap orang ingin agar Nabi
Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam. singgah dan menginap di rumahnya.”
Tetapi Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam hanya berkata, “Aku akan menginap dimana untaku
berhenti. Biarkanlah dia berjalan sekehendak hatinya.”
Ternyata unta itu berhenti di tanah
milik dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail, di depan rumah milik Abu Ayyub
al-Anshari. Dengan demikian Nabi Muhammd Shallallahu
Alaihi Wasallam memilih rumah Abu Ayyub sebagai tempat menginap
sementara. Tujuh bulan lamanya Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam tinggal di rumah Abu Ayyub, sementara kaum Muslimin
bergotong-royong membangun rumah untuknya. Sejak saat itu nama kota Yatsrib diubah
menjadi Madinatun Nabi (kota nabi). Orang sering pula
menyebutnya Madinatul al-Munawwarah (kota yang bercahaya),
karena dari sanalah sinar Islam memancar ke seluruh dunia.
B. Dakwah Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam Periode Madinah
Setelah tiba dan diterima penduduk
Yatsrib (Madinah), Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam resmi menjadi pemimpin penduduk kota itu. Babak baru
dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda dengan periode Makkah, pada periode
Madinah, Islam, merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan
kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam mempunyai kedudukan, bukan saja
sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata lain,
dalam diri Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wasallam terkumpul
dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi. Kedudukannya sebagai
Rasul secara otomatis merupakan kepala negara.
Dakwah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam periode Madinah berlangsung selama
sepuluh tahun, yakni dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah
sampai dengan wafatnya Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam, tanggal 12 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah. Materi
dakwah yang disampaikan Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam pada periode Madinah, selain ajaran Islam yang
terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga ajaran Islam
yang terkandung dalam 25 surat Madaniyah dan hadis periode Madinah. Adapun
ajaran Islam periode Madinah, umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial
kemasyarakatan.
Mengenai objek dakwah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pada periode Madinah adalah
orang-orang yang sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Anshar.
Juga orang-orang yang belum masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah,
para penduduk di luar kota Madinah yang termasuk bangsa Arab dan tidak termasuk
bangsa Arab. Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam diutus oleh
Allah Subhanahu Wa Ta’ala bukan hanya untuk bangsa Arab,
tetapi untuk seluruh umat manusia di dunia, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
Artinya: “Dan tiadalah kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiyaa 21 : 107)
Dakwah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang ditujukan kepada orang-orang
yang sudah masuk Islam (umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh
ajaran Islam baik yang diturunkan di Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah,
kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka
betul-betul menjadi umat yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dibantu oleh para sahabatnya
melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan sesama umat Islam dan
terbentuk masyarakat madani di Madinah. Mengenai dakwah yang ditujukan kepada
orang-orang yang belum masuk Islam bertujuan agar mereka bersedia menerima
Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaran-ajarannya dan mengamalkannya,
sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa beriman dan beramal saleh,
yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.
Tujuan dakwah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang luhur dan cara penyampaiannya
yang terpuji, menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk
Islam dengan kemauan dan kesadaran sendiri. Namun tidak sedikit pula
orang-orang kafir yang tidak bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha
menghalang-halangi orang lain masuk Islam dan juga berusaha melenyapkan agama
Islam dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy penduduk
Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka.
Setelah ada izin dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk berperang, sebagaimana
firman-Nya dalam surah Al-Hajj ayat 39 dan Al-Baqarah ayat 190, maka kemudian
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan para
sahabatnya menyusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang kafir
yang tidak dapat dihindarkan lagi.
Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang
diperangi, karena Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah,
benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu” (Q.S. Al-Hajj 22 : 39).
Artinya:“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,
(tetapi) janganlah kamu melampaui batas, Karena Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-Baqarah 2 : 190)
Peperangan-peperangan yang dilakukan
oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam dan para
pengikutnya itu tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta
rampasan perang, tetapi bertujuan untuk:
- Membela diri dan kehormatan umat Islam.
- Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang hendak menganutnya.
- Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia dan Romawi.
Setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan para pengikutnya mampu
membangun suatu negara yang merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah,
mereka berusaha menyiarkan dan memasyhurkan agama Islam, bukan saja terhadap
para penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga keluar Jazirah Arabia, maka bangsa
Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan mereka akan tersaingi.
Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia bertekad untuk menumpas dan
menghancurkan umat Islam dan agamanya. Untuk menghadapi tekad bangsa Romawi dan
Persia tersebut, Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam dan para pengikutnya tidak tinggal diam sehingga
terjadi peperangan antara umat Islam dan bangsa Romawi, yaitu diantaranya
perang Mut’ah, perang Tabuk, perang Badar, perang Uhud, perang Khandaq,
perjanjian Hudaibiyah, perang Hunain.
C. Strategi Dakwah Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam Periode Madinah
Pokok-pokok pikiran yang dijadikan
strategi dakwah Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam periode Madinah adalah:
- Berdakwah dimulai dari diri sendiri, maksudnya sebelum mengajak orang lain meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya, maka terlebih dahulu orang yang berdakwah itu harus meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya.
- Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Surah An-Nahl ayat 125.
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS.
An-Nahl, 16: 125)
- Berdakwah itu hukumnya wajib bagi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan umatnya sesuai dengan petunjuk Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Surah Ali Imran ayat 104.
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran, 3: 104)
- Berdakwah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala semata, bukan dengan untuk memperoleh popularitas dan keuntungan yang bersifat materi.
Umat Islam dalam melaksanakan tugas
dakwahnya, selain harus menerapkan pokok-pokok pikiran yang dijadikan sebagai
strategi dakwah Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam, juga hendaknya meneladani strategi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam membentuk masyarakat Islam
atau masyarakat madani di Madinah. Masyarakat Islam atau masyarakat madani
adalah masyarakat yang menerapkan ajaran Islam pada seluruh aspek kehidupan,
sehingga terwujud kehidupan bermasyarakat yang baldatun tayyibatun wa rabbun
ghafur, yakni masyarakat yang baik, aman, tenteram, damai, adil, dan makmur
di bawah naungan ridha Allah Subhanahu Wa
Ta’ala dan
ampunan-Nya.
Usaha-usaha Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam mewujudkan masyarakat Islam
seperti tersebut adalah:
- Membangun Masjid
Masjid yang pertama kali dibangun
oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam di Madinah
ialah Masjid Quba, yang berjarak ± 5 km, sebelah barat daya Madinah. Masjid
Quba dibangun pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah (20 September
622 M). Setelah Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam menetap di Madinah, pada setiap hari Sabtu, beliau
mengunjungi Masjid Quba untuk salat berjamaah dan menyampaikan dakwah Islam.
Masjid kedua yang dibangun oleh
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan para
sahabatnya adalah Masjid Nabawi di Madinah. Masjid ini dibangun secara
gotong-royong oleh kaum Muhajirin dan Ansar, yang peletakan batu pertamanya
dilakukan oleh Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam dan peletakan batu kedua, ketiga, keempat dan kelima
dilaksanakan oleh para sahabat terkemuka yakni: Abu Bakar r.a., Umar bin Khatab
r.a., Utsman bin Affan r.a. dan Ali bin Abu Thalib r.a.
Mengenai fungsi atau peranan masjid
pada masa Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:
- Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang akidah, ibadah, dan akhlak.
- Masjid merupakan sarana ibadah, khususnya shalat lima waktu, shalat Jumat, shalat Tarawih, shalat Idul Fitri dan Idul Adha.
- Masjid merupakan tempat belajar dan mengajar tentang agama Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadis.
- Masjid sebagai tempat pertemuan untuk menjalin hubungan persaudaraan sesama Muslim (ukhuwah Islamiah) demi terwujudnya persatuan.
- Menjadikan masjid sebagai sarana kegiatan sosial. Misalnya sebagai tempat penampungan zakat, infak, dan sedekah dan menyalurkannya kepada yang berhak menerimanya, terutama para fakir miskin dan anak-anak yatim terlantar.
- Menjadikan halaman masjid dengan memasang tenda, sebagai tempat pengobatan para penderita sakit, terutama para pejuang Islam yang menderita luka akibat perang melawan orang-orang kafir.
- Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Ansar
Muhajirin adalah para sahabat
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam penduduk
Mekah yang berhijrah ke Madinah. Ansar adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam penduduk asli Madinah yang
memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bermusyawarah dengan Abu Bakar r.a.
dan Umar bin Khatab tentang mempersaudarakan antara Muhajirin dan Ansar,
sehingga terwujud persatuan yang tangguh. Hasil musyawarah memutuskan agar
setiap orang Muhajirin mencari dan mengangkat seorang dari kalangan Ansar
menjadi saudaranya senasab (seketurunan), dengan niat ikhlas karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Demikian juga sebaliknya orang
Ansar.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memberi contoh dengan mengajak Ali
bin Abi Thalib sebagai saudaranya. Apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dicontoh oleh seluruh sahabat
misalnya:
- Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, pahlawan Islam yang pemberani
bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, mantan hamba sahaya, yang kemudian
dijadikan anak angkat Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam.
- Abu Bakar ash-Shiddiq, bersaudara dengan Kharizah bin Zaid.
- Umar bin Khattab bersaudara denga Itban bin Malik al-Khazraji (Ansar).
- Abdurrahman bin Auf bersaudara dengan Sa’ad bin Rabi (Ansar).
Demikianlah seterusnya setiap orang
Muhajirin dan orang Ansar, termasuk Muhajirin setelah hijrahnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, dipersaudarakan secara sepasang-
sepasang, layaknya seperti saudara senasab. Persaudaraan secara
sepasang–sepasang seperti tersebut, ternyata membuahkan hasil sesama Muhajirin
dan Ansar terjalin hubungan persaudaraan yang lebih baik. Mereka saling
mencintai, saling menyayangi, hormat-menghormati, dan tolong-menolong dalam
kebaikan dan ketakwaan.
Kaum Ansar dengan ikhlas memberikan
pertolongan kepada kaum Muhajirin berupa tempat tinggal, sandang-pangan, dan
lain-lain yang diperlukan. Namun kaum Muhajirin tidak diam berpangku tangan,
mereka berusaha sekuat tenaga untuk mencari nafkah agar dapat hidup mandiri.
Misalnya, Abdurrahman bin Auf menjadi pedagang, Abu Bakar, Umar bin Khattab dan
Ali bin Abu Thalib menjadi petani kurma.
Kaum Muhajirin yang belum mempunyai
tempat tinggal dan mata pencaharian oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ditempatkan di bagian Masjid Nabawi
yang beratap yang disebut Suffa dan mereka dinamakanAhlus
Suffa (penghuni Suffa). Kebutuhan-kebutuhan mereka dicukupi oleh kaum
Muhajirin dan kaum Ansar secara bergotong-royong. Kegiatan Ahlus
Suffa itu antara lain mempelajari dan menghafal Al-Qur’an dan Hadis,
kemudian diajarkannya kepada yang lain. Sedangkan apabila terjadi perang antara
kaum Muslimin dengan kaum kafir, mereka ikut berperang.
- Perjanjian dengan masyarakat Yahudi Madinah
Pada waktu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menetap di Madinah, penduduknya
terdiri dari tiga golongan, yaitu umat Islam, umat Yahudi (Bani Qainuqa, Bani
Nazir dan Bani Quraizah) dan orang-orang Arab yang belum masuk Islam. Agar
stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam mengadakan ikatan perjanjian dengan
mereka. Sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi
sebagai suatu komunitas dikeluarkan. Setiap golongan masyarakat memiliki hak
tertentu dalam bidang politik dan keagamaan. Kemerdekaan beragama dijamin dan
seluruh anggota masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan negeri itu dari
serangan luar.
Piagam ini mestilah dipatuhi oleh
semua penduduk Madinah yang muslim atau bukan Muslim. Strategi ini telah
menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam yang adil, membangun serta
digrandungi oleh musuh-musuh Islam. Piagam ini dikenal dengan sebutan Piagam
Madinah.
Menurut Ibnu Hisyam, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam membuat perjanjian dengan penduduk
Madinah non-Islam dan tertuang dalam Piagam Madinah. Piagam Madinah itu antara
lain berisi:
- Setiap golongan dari ketiga golongan penduduk Madinah memiliki hak pribadi, keagamaan dan politik. Sehubungan dengan itu setiap golongan penduduk Madinah berhak menjatuhkan hukuman kepada orang yang membuat kerusakan dan memberi keamanan kepada orang yang mematuhi peraturan.
- Setiap individu penduduk Madinah mendapat jaminan kebebasan beragama.
- Seluruh penduduk kota Madinah yang terdiri dari kaum Muslimin, kaum Yahudi dan orang-orang Arab yang belum masuk Islam sesama mereka hendaknya saling membantu dalam bidang moril dan materiil. Apabila Madinah diserang musuh, maka seluruh penduduk Madinah harus bantu-membantu dalam mempertahankan kota Madinah.
- Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah. Segala perkara dan perselisihan besar yang terjadi di Madinah harus diajukan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam untuk diadili sebagaimana mestinya.
- Pembangunan pranata sosial dan pemerintahan.
Pada saat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam tiba di Madinah, masyarakatnya
terbagi menjadi berbagai kelompok besar, yaitu kelompok Muhajirin dan kelompok
Anshar, Yahudi, Nasrani, dan penyembah berhala. Pada awalnya, mereka semua
menerima kedatangan Nabi dan umat Islam. Namun setelah masyarakat muslim
berkembang menjadi besar dan berkuasa, mereka mulai menaruh rasa dendam dan
tidak suka.
Untuk mengatasi berbagai persoalan
tersebut, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wasallam mencoba
menata sistem sosial agar mereka dapat hidup damai dan tenteram. Untuk kalangan
umat Islam, Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam telah mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar.
Sementara untuk kalangan non muslim, mereka diikat dengan peraturan yang
dirancang Nabi dan umat Islam yang tertuang di dalam Piagam Madinah.
Pada masa Rasulullah, penduduk
Madinah mayoritas sudah beragam Islam, sehingga masyarakat Islam sudah
terbentuk, maka adanya pemerintahan Islam merupakan keharusan. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam selain sebagai seorang Nabi dan
Rasul, juga tampil sebagai seorang Kepala Negara (khalifah).
Sebagai Kepala Negara, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah meletakkan dasar bagi setiap
sistem politik Islam, yakni musyawarah. Melalui musyawarah, umat Islam dapat
mengangkat wakil-wakil rakyat dan kepala pemerintahan, serta membuat
peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh seluruh rakyatnya. Dengan syarat,
peraturan-peraturan itu tidak menyimpang dari tuntutan Al-Qur’an dan Hadis.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
dari makalah ini adalah bahwasanya Nabi Muhammad SAW merupakan Nabi dan Rasul
yang diutus kepada manusia untuk memberikan bimbingan kepada jalan yang lurus
dengan perjuangan yang gigih. Beliau berhasil merubah kebiasaan umat manusia
dari keburukan kepada jalan kebenaran untuk menyembah Allah SWT.
Dan bagaimana kita sebagai umat islam untuk menjadikan beliau sebagai contoh dan suri tauladan bagi kita dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam lingkungan keluarga, agama, masyarakat, dan bernegara.
Dan bagaimana kita sebagai umat islam untuk menjadikan beliau sebagai contoh dan suri tauladan bagi kita dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam lingkungan keluarga, agama, masyarakat, dan bernegara.
Beberapa faktor yang mendorong Rasulullah saw. hijrah ke Madinah antara
lain Melarang setiap perdagangan dan bisnis dengan pendukung Nabi Muhammad saw.
Tidak seorang pun berhak mengadakan ikatan perkawinan dengan orang muslim dan
Melarang keras bergaul dengan kaum muslim.
Sebagai
seorang muslim hendaknya kita mengetahui tentang sejarah nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam baik ketika beliau dalam berdakwah sampai hijrah ke
madinah dan diangkat sebagai Rasul Oleh karena itu kami mencoba untuk mengingatkan
kembali akan sejarah dan perjalanan Nabi untuk selalu kita contoh dan kita
teladani dalam kehidupan sehari-hari. Telah kita ketahui bersama bahwa umat
islam pada masa sekarang ini lebih banyak mengenal figur-figur yang sebenarnya
tidak pantas untuk di contoh dan ironisnya mereka sama sekali buta akan sejarah
dan pri-kehidupan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
B.
Saran
Untuk
lebih mempertebal keimanan kita terhadap Rasululah SAW. Kita harus selalu
meyakini apa yang dilaksanakan oleh Rasullulah merupakan landasan untuk kita
bertindak, agar setiap apa yang kita lakukan atau laksanakan sesuai dengan
sunah rasul serta mendapat Ridho dari Allah SWT. Kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan rai berbagai pihak. Kami menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan
sehingga perlu disempurnakan lagi di kesempatan yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010)
Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Pers)
Murodi, Sejarah
Kebudayaan Islam, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 2009)
http://kajian-muslimah.blogspot.com/2005/05/shirah-tentang-fase-dakwah-di-madinah.htm
http://almawaddahcity.blogspot.com/2014/05/makalah-dakwah-rasulullah-periode.html
http://www.teskerja.com/2014/09/baru-download-buku-sma-kelas-10.html
http://www.teskerja.com/2014/09/baru-download-buku-sma-kelas-10.html
http://saminsyb.blogspot.com/2012/01/ski-sejarah-dakwah-rasulullah-saw.html
https://notemuza.blogspot.com/2019/03/makalah-pendidikan-agama-islam-tentang.html
No comments:
Post a Comment