Mengapa semua orang tak ada yang mengerti dengan semua yang aku
pikirkan. Semua orang hanya memikirkan egonya dan tak perna memikirkan apa yang
terucap dari sebilah tajam lidahnya. Apakah tak perna terpikir kata yang
terlotar pedih, membakar, menusuk mati orang yang terkena? Apakah tak perna
terpikir bersalah? Semua bertanya kenapa kau berubah tak seperti dulu.
Iya itu karna kekangan yang terlalu menyakitkan yang dikeluarkan oleh lidah tajam itu. Semua menyayat hati yang terlalu rapu ini. Apakah tak ada yang berpikir atas semua kata-kat yang dilontarkan itu menyakitkan atau tidak? Apakah tak perna tersirat dan terbenah di ingatan bawah ada kesalah yang terlotar? Aku tak perna berpikir dengan semua orang. Tak perna aku memberi kepercayaan yang utuh kepada semua orang disekeliling. Aku muak dengan semua. Dengan alunan angka yang selalu aku lakukan setiap saat dengan kesalahan sedikit yang membunyarkan semuanya. Aku capek dengan orang disekelilingku yang selalu ingin dimengerti tapi tak perna mengerti diriku yang terlalu rapu bagai kulit telur. Aku capek dengan tingkah laku orang yang bertopeng yang memanfaatkan orang yang aku kenal dengan baik. Aku penat dengan lotaran kata-kata perih dan menyakitkan. Aku bosan dengan tingkah laku kalian yang bermain tak perna memikirkan perasaan. Iya aku capek dengan semuanya. Setidaknya ada yang bisa mengerti dan memahami semua tentang diri ini. Apakah tak ada yang mengerti dengan diri yang lemah ini. Atau sisi baik yang digunakan hanya dipermainkan bagai mainana dimana sebuah mainan dibeli lalu mainkan lalu setelah rusak dibuang kekotoran yang menyebalkan. Ingin menceritakan semua, tapi tak ada yang bisa terpercaya dalam hidup. Hanya orang-orang bermulut besar disekitar yang menceritakan semuanya dengan butiran-butiran kata fiksi yang ditambahkan kedalamnya. Serasa hanya dia yang membantu dan tak ada lagi yang bisa membantu selainnya. Sunggu penat ini selalu datang. Saat semua itu datang, ingin rasanya menjauh dari hal itu, tapi kenyataannya semua tak menjauh malah datang dan terus datang. Aku ingin menjauh tetapi kenapa semuanya selalu mendekat. Aku mensyukuri semuanya tapi apakah aku salah mengeluh saat aku benar-benar rapuh dalam hidup, jiwa, perasaan, hati, dan tubuh ini? Aku penat, aku capek, aku lelah, aku tak tau apa yang harus ku buat. Aku hanya menahan dan menahan. Serasah aku mengumpulkan semua itu dan membiarkan semua. Tapi sampai kapan apakah tak ada akhir penat rasanya. Aku harap semuanya berakhir dan menjauh tapi aku tahu itu tak akan terjadi karena semuanya itu pembelajar untuk lebih baik atau ada hikma dibalik semuanya. Tapi apa yang kalian perbuat ketika semua itu menyerang kalian di waktu bersamaan dan terus-menerus terjadi? Pasti kalian berlaku sama denganku. Ya aku yang pedih aku yang rasakan dan itu semua nyata.
No comments:
Post a Comment