Biarkan kata-kata aneh terbentuk, hanya menuangkan semuanya disini karna itu didalam pikirku

Monday, June 24, 2019

Makala Pendidikan Seni Budaya Tentang "Teater Nusantara"

MAKALAH
Pendidikan Seni Budaya
Teater Nusantara


D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

NAMA    : ...............................
KELAS     : ...............................

Guru Pembimbing : .......................................

SMA ...........................................
TAHUN AJARAN 2018-2019


KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Agama Islam ini dengan sebuah pembahasan tentang “Teater Nusantara”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Serta ucapan terima kasih kepada guru pembimbing pelajaran Pendidikan Agama Seni Budaya Yang terhormat Ibu Lia Wulandari, S.Pd. dimana atas bimbingan beliau kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta referensi pembelajaran maupun inpirasi terhadap pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

                                                                                                             Palembang,     April 2019


                                                                                                                           Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A.      Latar Belakang .................................................................................. 1
B.       Rumusan Masalah ............................................................................ 1
C.      Tujuan ................................................................................................ 1
BAB II : PEMBAHASAN ...................................................................................... 2
A.      Pengertian Teater Tradisional .......................................................... 2
1.      Arti Teater .................................................................................... 2
2.      Definisi Teater Tradisional .......................................................... 2
B.       Jenis Seni Teater ................................................................................ 3
a.      Teater Rakyat ............................................................................... 3
b.      Teater Klasik ................................................................................ 3
c.       Teater Transisi ............................................................................. 4
C.      Contoh Teater Tradisional ................................................................ 4
BAB III : PENUTUP ............................................................................................... 11
A.       Kesimpulan ........................................................................................ 12
B.       Saran ................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 13


BAB I
PENDAHULUAN


A.           Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya dengan seni. Seni adalah salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia selaku penggubah dan penikmat seni. Kebudayaan adalah hasil pemikiran, karya dan segala aktivitas (bukan perbuatan), yang merefleksikan naluri secara murni. Seni memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide yang dinyatakan dalam bentuk aktivitas atau rupa sebagai lambang. Dengan seni kita dapat memperoleh kenikmatan sebagai akibat dari refleksi perasaan terhadap stimulus yang kita terima. Kenikmatan seni bukanlah kenikmatan fisik lahiriah, melainkan kenikmatan batiniah yang muncul bila kita menangkap dan merasakan simbol-simbol estetika dari penggubah seni. Dalam hal ini seni memiliki nilai spiritual. Kedalaman dan kompleksitas seni menyebabkan para ahli membuat definisi seni untuk mempermudah pendekatan kita dalam memahami dan menilai seni. Konsep yang muncul bervariasi sesuai dengan latar belakang pemahaman, penghayatan, dan pandangan ahli tersebut terhadap seni.
Salah satu seni yang kita perhatikan di sini adalah seni teater. Pertunjukkan teater tidak hanya untuk hiburan masyarakat penonton. Di balik itu, ada amanat yang ingin disampaikan kepada masyarakat tentang sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan yang dimaksud menyangkut seluruh perilaku sosial yang berlaku pada kelompok masyarakat tertentu. Misalnya, kehidupan moral, agama, kehidupan ekonomi, dan kehidupan politik.

B.            Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1)        Pengertian Teater ?
2)        Jenis-jenis Teater ?
3)        Contoh Teater Tradisional ?

C.           Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1)        Menjelaskan Pengertian Teater
2)        Menyebutkan Jenis-jenis Teater
3)        Menyebutkan Contoh Teater Tradisional


BAB II
PEMBAHASAN


A.           Pengertian Teater Tradisional
1.        Arti Teater
Kata “Teater” berasal dari kata yunani kuno yakni theatron, yang dalam bahasa inggris seeing place dan dalam bahasa Indonesia “tempat untuk menonton” adalah cabang dari seni pertunjukan yang berkaitan dengan akting/seni peran di depan penonton dengan menggunakan gabungan dari ucapan, gestur (gerak tubuh), mimik, boneka, musik, tari dan lain-lain. Teater merupakan salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsure utama yang menyatakan dirinya yang mewujudkan dalam suatu karya seni pertunjukan (pementasan) yang didukung dengan unsur gerak, suara, bunyi, dan rupa yang dijalin dalam cerita (lakon).
Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium. Dalam arti luas : Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyakDalam arti sempit : Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb. Misalnya wayang orang, ketoprak, ludruk, arja, reog, lenong, topeng, dagelan, sulapan akrobatik, bahkan pertunjukan band dan lain sebagainya. Dalam arti sempit/khusus: drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh penonton, dengan media percakapan, gerak dan laku, dengan atau tanpa dekor (setting), didasarkan atas naskah yang tertulis (hasil dari seni sastra) dengan atau tanpa musik, nyanyian, tarian.

2.        Definisi Teater Tradisional
Sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman tersebut, terdapat tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual. Dimana Teater tradisional adalah merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat.
Penyebutan teater pada saat itu sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat lingkungannya.
Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbeda- beda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir.
Teater tradisional atau yang juga dikenal dengan istilah “Teater daerah” adalah merupakan suatu bentuk pertunjukan dimana para pemainnya berasal dari daerah setempat dengan membawakan cerita yang bersumber dari kisah-kisah yang sejak dulu telah berakar dan dirasakan sebagai milik sendiri oleh setiap masyarakat yang hidup di lingkungan tersebut, misalnya mitos atau legenda dari daerah itu. Dalam teater tradisional, segala sesuatunya disesuaikan dengan kondisi adat istiadat, diolah sesuai dengan keadaan sosial masyarakat, serta struktur geografis masing-masing daerah. Teater Tradisional mempunyai ciri-ciri yang spesifik kedaerahan dan menggambarkan kebudayaan lingkungannya.
Teater yang berkembang dikalangan rakyat disebut teater tradisional, sebagai lawan dari teater modern dan kontemporer. Teater tradisional tanpa naskah (bersifat inprovisasi). Sifatnya supel, artinya dipentaskan disembarang tempat. Jenis ini masih hidup dan berkembang didaerah-daerah seluruh Indonesia. Teater tradisional tidak menggunakan naskah. Sutradara hanya menugasi pemain untuk memainkan tokoh tertentu. Para pemain di tuntut mempunyai spontanitas dalam berimprovisasi yang tinggi. Contoh teater tradisional antara lain: ludruk (Jawa timur), ketoprak (Jawa tengah), dan lenong (Jawa barat).

B.            Jenis Seni Teater
a.    Teater rakyat
Sifat teater rakyat sama halnya seperti tradisional, yaitu improvisasi, sederhana, spontan dan menyatu dengan kehidupan rakyat. Contohnya antara lain: Makyong dan Mendu didaerah Riau dan Kalimantan Barat, Randai dan Bakaba di Sumatera Barat, Ketoprak, Srandul, Jemblung di Jawa Tengah dan lain sebagainya.
b.   Teater Klasik
Sifat teater ini sudah mapan, artinya segala sesuatunya sudah teratur, dengan cerita, pelaku yang terlatih, gedung pertunjukkan yang memadai dan tidak lagi menyatu dengan kehidupan rakyat (penontonnya). Lahirnya jenis teater ini dari pusat kerajaan. Sifat feodalistik tampak dalam jenis teater ini. Contohnya: wayang kulit, wayang orang dan wayang golek. Ceritanya statis, tetapi memiliki daya tarik berkat kretatifitas dalang atau pelaku teater tersebut dalam menghidupkan lakon.

c.    Teater Transisi
Teater transisi merupakan teater yang bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya penyajiannya sudah dipengaruhi oleh teater barat. Jenis teater seperti komedi istambul, sandiwara dardanela, srimulat dan sebagai contoh, pola ceritanya sama dengan ludruk atau ketoprak, tetapi jenis ceritanya diambil dari dunia modern. Musik, dekor dan properti lain menggunakan tehnik barat.

C.           Contoh Teater Tradisional
1.        Ketoprak

Ketoprak merupakan teater tradisional yang populer di Jawa Tengah. Pada mulanya Ketoprak hanyalah permainan orang - orang desa yang sedang menghibur diri dengan menabuh lesung di bulan Purnama, yang disebut gejogan.
Pada perkembangannya menjadi suatu bentuk tontonan teater tradisional yang lengkap. Semula disebut ketoprak lesung, kemudian dengan dimasukkannya musik gendang, terbang, suling, nyanyian dan lakon yang menggambarkan kehidupan rakyat di pedesaan, maka lengkaplah Ketoprak sebagaimana yang sekarang kita kenal. Ketoprak pertama kali dipentaskan sekitar tahun 1909.
2.        Lenong
Lenong merupakan teater tradisional Betawi yang menggunakan musik Gambang Kromong. Lenong terbagi menjadi Lenong Denes dan Lenong Preman. Tontonan Lenong Denes (yang lakonnya tentang raja - raja dan pangeran) sekarang sudah jarang kita jumpai, karena hampir tidak ada penerusnya. Pertunjukan Lenong Preman (yang lakonnya tentang rakyat jelata) seperti yang kita kenal sekarang, pada mulanya dimainkan semalam suntuk. Karena jaman berkembang dan tuntutan keadaan, maka terjadi perubahan- perubahan. Bersamaan dengan diresmikannya Pusat Kesenian Jakarta (Taman Ismail Marzuki), lenong yang tadinya hanya dimainkan di kampung - kampung, oleh SM. Ardan dibawa ke Taman Ismail Marzuki, tapi waktu pertunjukannya diperpendek menjadi satu sampai dua setengah jam saja.
Teater tradisional Betawi yang lain adalah Topeng Betawi, Topeng Blantek dan Jipeng (Jinong). Topeng Betawi menggunakan musik Tabuhan Topeng Akar, Topeng Blantek menggunakan musik Tabuhan Rebana Biang dan Jipeng atau Jinong menggunakan musik Tanjidor.  Bahasa yang digunakan adalah bahasa Betawi. Berdasarkan sejarahnya, Lenong mendapat pengaruh dari teater Bangsawan.
3.             Longser
Longser merupakan teater tradisional di Jawa Barat. Menurut pendapat, kata Longser berasal dari kata "Melong"  yang berarti melihat dan "seredet" yang berarti tergugah. Diartikan bahwa siapa yang melihat  pertunjukan hatinya akan tergugah.
Sebagaimana dengan tontonan teater tradisional yang lain, tontonan Longser juga bersifat hiburan. Sederhana, jenaka dan menghibur. Tontonan Longser bisa diselenggarakan di mana saja, karena tanpa dekorasi yang rumit. Dan penonton bisa menyaksikannya dengan duduk melingkar.
4.        Ludruk
Ludruk merupakan teater tradisional di Jawa Timur yang bersifat kerakyatan. Asalnya dari Jombang. Menggunakan bahasa Jawa dialek Jawa Timuran. Pada perkembangannya, Ludruk menyebar ke daerah - daerah di sebelah barat, karesidenan Madiun, Kediri sampailah ke Jawa Tengah.
Pada tontonan Ludruk, semua perwatakan dimainkan oleh laki - laki. Cerita yang dilakonkan biasanya tentang sketsa kehidupan rakyat atau masyarakat, yang dibumbui dengan perjuangan melawan penindasan. Unsur parikan atau kidungan di dalam Ludruk pengaruhnya sangat besar. Misalnya, parikan yang dilantunkan oleh Cak Durasim di zaman penjajahan Jepang, membuat Cak Durasim berurusan dengan kempetei Jepang.
5.        Mamanda
Mamanda merupakan teater tradisional yang berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Tahun 1897, datanglah rombongan bangsawan Malaka ke Banjar Masin, yang ceritanya bersumber dari syair Abdoel Moeloek. Meskipun masyarakat Banjar sudah mengenal wayang, topeng, joget, Hadrah, Rudat, Japin, tapi rombongan Bangsawan ini mendapat tempat tersendiri di masyarakat.
Pada perkembangannya nama Bangsawan merubah menjadi Badamuluk. Dan berkembang lagi menjadi Bamanda atau mamanda. Kata Mamanda berasal dari kata “mama” yang berarti paman atau pakcik dan “nda” yang berarti yang terhormat. Mamanda berarti Paman yang terhormat. Struktur dan perwatakan pada tontonan Mamanda sampai sekarang tidak berubah. Yang berubah hanyalah tata busana, tata musik dan ekspresi artistiknya.
6.        Arja
Arja merupakan teater tradisional di Bali. Cukup banyak bentuk teater tradisional yang ada di Bali. Arja juga merupakan teater tradisional Bali yang bersifat kerakyatan. Penekanan pada pertunjukan Arja adalah tarian dan nyanyian. Pada awalnya tontonan Arja dimainkan oleh laki - laki, tapi pada perkembangannya lebih banyak pemain wanita, karena penekanannya pada tari.
Arja umumnya mengambil lakon dari Gambuh, yaitu yang bertolak dari cerita Gambuh. Namun seiring perkembangan, dimainkan juga lakon dari Ramayana dan Mahabharata. Tokoh - tokoh yang muncul dalam Arja adalah Melung (Inye, Condong) pelayan wanita, Galuh atau Sari, Raja Putri, Limbur atau Prameswari, mantri, dll.
7.        Kemidi Rudat
Kemidi Rudat merupakan teater tradisional kebudayaan Melayu. Irama musiknya pun bernuansa Melayu. Dengan instrumen musik rebana, tambur, biola dan gamelan. Bahkan lakon - lakonnya pun bersumber dari cerita Melayu lama dan dialognya diucapkan dalam bahasa Melayu.
8.        Kondobuleng
Kondobuleng merupakan teater tradisional yang berasal dari suku Bugis, Makassar. Kondobuleng berasal dari kata "kondo" yang berarti bangau dan "buleng" yang berarti putih. Yang kalau di artikan berarti bangau putih. Tontonan Kondobuleng ini mempunyai makna simbolis.
Sebagaimana teater tradisional umumnya, tontonan Kondobuleng juga dimainkan secara spontan. Ceritanya simbolik, tentang manusia dan burung bangau. Dan dimainkan dengan gaya lelucon, banyolan yang dipadukan dengan gerak stilisasi. Yang unik dari tontonan ini adalah tidak adanya batas antara karakter dengan properti yang berlangsung pada adegan tertentu. Mereka pelaku, tapi pada adegan yang sama mereka adalah perahu yang sedang mengarungi samudera. Tapi pada saat itu pula mereka adalah juga penumpangnya.
9.        Dulmuluk
Dulmuluk merupakan teater tradisional di Palembang, Sumatera Selatan. Nama dulmuluk diambil dari nama tokoh cerita yang terdapat dalam Hikayat Abdoel Moeloek. Teater tradisional Dulmuluk ini juga dikenal dengan sebutan Teater Indra Bangsawan.
Tontonan Dulmuluk ini juga menggunakan sarana tari, nyanyi dan drama sebagai bentuk ungkapannya. Musik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tontonan, karena pemain juga menyanyikan dialog-dialognya. Humor dan banyolan sangat dominan dalam tontonan Dulmuluk, yang memadukan unsur-unsur tari, nyanyi dan drama ini.
10.    Randai
Randai merupakan teater tradisional yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. Teater Randai bertolak dari sastra lisan yang disebut kaba yang berarti “cerita”. Kaba yang berbentuk gurindam dan pantun didendangkan dengan iringan saluang, rabab, bansi dan rebana. Tontonan berlangsung dalam pola melingkar berdasarkan gerak - gerak tari yang bertolak dari silat. Gerak - gerak silat ini disebut gelombang.
Cerita - cerita yang digarap menjadi tontonan adalah cerita - cerita lisan berupa legenda dan dongeng yang cukup popular di tengah masyarakat. Randai adalah tontonan yang menggabungkan musik, nyanyian, tari, drama dan seni bela diri silat. Umumnya dipertontonkan dalam rangka upacara adat maupun festival.
11.    Makyong
Maknyong merupakan teater tradisional yang berasal dari pulau Mantang, Riau. Pada mulanya tontonan makyong berupa tarian dan nyanyian, tapi seiring perkembangan, kemudian dimainkan cerita - cerita rakyat, legenda dan cerita kerajaan. Makyong juga digemari oleh para bangsawan dan para sultan, sehingga sering dipertontonkan di istana - istana.
Tontonan Makyong diawali dengan upacara yang dipimpin oleh seorang panjak (pawang) agar semua yang terlibat dalam persembahan diberi keselamatan. Unsur humor, tari, nyanyi dan musik mendominasi tontonan. Tidak seperti tontonan teater tradisional lainnya dimana umumnya dimainkan oleh laki - laki, pada tontonan Makyong yang mendominasi justru perempuan. Kalau pemain laki - laki muncul, mereka selalu memakai topeng, sementara pemain wanita tidak memakai topeng. Cerita lakon yang dimainkan berasal dari sastra lisan berupa dongeng dan legenda yang sudah dikenal oleh masyarakat disana.
No
Nama Provinsi
Ibukota
Nama Teater Indonesia
1
Aceh
Banda Aceh
Didong
2
Sumatera Utara
Medan
Bangsawan dan Tumut-tumut
3
Sumatera Barat
Padang
Randai dan Bakaba
4
Riau
Pekanbaru
Makyong
5
Kepulauan Riau
Tanjung Pinang
Makyong
6
Jambi
Jambi
Nengade
7
Bengkulu
Bengkulu
Nadai batebah
8
Sumatera Selatan
Palembang
Dulmuluk
9
Kepulauan Bangka Belitung
Pangkal Pinang
Timot kesambet
10
Lampung
Banda Lampung
Warahan
11
Banten
Serang
Ubrug
12
Jawa Barat
Bandung
Banjet, Rudet dan Tarling
13
DKI Jakarta
Jakarta
Lenong
14
Jawa Tengah
Semarang
Kethoprak
15
DI Yogyakarta
Yogyakarta
Garasi
16
Jawa Timur
Surabaya
Ludruk dan Reog
17
Bali
Denpasar
Drama gong
18
Nusa Tenggara Barat
Mataram
Cupak gerantang
19
Nusa Tenggara Timur
Kupang
Kemidi rudat
20
Kalimantan Utara
Tanjungselor
Mendu
21
Kalimantan Barat
Pontianak
Abstrak mendu
22
Kalimantan Tengah
Palangkaraya
Bawi lamus
23
Kalimantan Selatan
Banjarmasin
Mamanda
24
Kalimantan Timur
Samarinda
Mamanda
25
Gorontalo
Gorontalo
Cipoa
26
Sulawesi Utara
Manado
Pagi dan bening
27
Sulawesi Barat
Mamuju
Koa-koayang
28
Sulawesi Tengah
Palu
Copo palu
29
Sulawesi Selatan
Makassar
Kondobuleg
30
Sulawesi Tenggara
Kendari
Gandrang bulo
31
Maluku Utara
Sofifi
cakalele
32
Maluku
Ambon
Kalana hitate bulane
33
Papua Barat
Manokwari
-
34
Papua
Jayapura
Nug Nug Wan





































































BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan manusia. Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir.
Tetaer juga dikenal dengan seni yang kolektif di mana dalam sebuah tetaer tidak terlepas dari yang namanya sutradara sebagai pengkordinasi pementasan. Sehingga menjadi seorang sutradara harus menguasai apa-apa yang harus di lakasanakan karena baik/tidaknya pementasan tergantung dari seorang sutradaranya. Sehingga dalam seni teater juga memiliki peran yang sangat penting dalam lingkup sosisal. Ini sudah jelas karena yang namanya seni pertunjukan pasti dipertunjukan di depan orang banyak dalam hal ini salah satu contohnya adalah masyarakat. Seni Teater bisa dijadikan media penyampaian segala bentuk rasa atau argumen yang berkaitan dengan kehidupan sosial.
Makalah ini merupakan bagian dari media pembelajaran, maka dengan itu kepada semua pihak bisa menggali ilmunya (khususnya ilmu tentan seni teater) dengan mendalami isi makalah ini. Khususnya kepada kaum muda agar seni teater tidak hilang begitu saja tetapi bisa diwariskan kepada segenap penerus bangsa sehingga negara Indonesia bisa disebut sebagai salah satu negara yang hebat dalam dunia seni.

B.       Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca khususnya penulis pribadi. Saya menyadari makalha ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya mohon kritik dan sarannya untuk kesempurnaan pembuatan makalah dikemudian hari.


DAFTAR PUSTAKA

http://karyailmiahbn2013.files.wordpress.com/2013/02/seni-teater-by-mutiara-mc-moran-rambet.pdf
http://ogetgote.wordpress.com/documents/free-download-kumpulan-makalah/makalah-seni-teater/
http://i-makalah.blogspot.com/2013/01/makalah-seni-teater.html
http://www.febrian.web.id/search/label/Seni%20budaya
http://id.wikipedia.org/wiki/Teater
http://www.teaterpetass.com/2013/02/10-bentuk-teater-tradisional-di.html
http://www.warnetgadis.com/2016/12/gadis-net-makalah-tentang-teater-lengkap.html
https://notemuza.blogspot.com/2019/06/makalah-pendidikan-seni-budaya-teater.html

No comments:

Post a Comment