MAKALAH
Pendidikan Agama Islam
“Menyebarkan Kebaikan Melalui Ihsan”
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK ....
1. .........................................
2. .........................................
3. .........................................
4. .........................................
5. .........................................
SMA/SMK ..........................................................
TAHUN AJARAN 20.... - 20....
BAB III
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Dengan menyebut nama Allah Subhana Wa Ta’ala
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur
atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya
kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pendidikan agama islam ini dengan sangat baik. Adapun judul
makalah yang dibahas adalah “Menyebarkan
Kebaikan Melalui Ihsan”.
Makalah ini telah
kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. Serta ucapan terima kasih kepada Bapak/Ibu, dimana atas bimbingan
beliau kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat serta referensi pembelajaran maupun inspirasi terhadap
pembaca.
Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
...............,
................... 20....
Penulis
Kelompok .....
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN COVER
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
Makalah
D. Manfaat
Makalah
BAB II :
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ihsan
B. Wujud Atau Aspek Dalam Ihsan
C. Kelebihan Dan Penghayatan Ihsan Dalam Kehidupan
D. Hikmah Berbuat Ihsan
E. Menyebarkan Kebaikan Melalui Ihsan
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ihsan
adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan
kemuliaan dari-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target
ini akan kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi
terhormat di mata Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Rasulullah Salallahu ‘Alaihi
Wasallam pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga seluruh
ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna
dan akhlak yang mulia.
Latar
belakang terbuatnya makalah ini karena banyaknya seorang muslim yang memandang
ihsan itu hanya sebatas akhlak yang utama saja, yang seharusnya dipandang
sebagai bagian dari akidah dan bagian terbesar dari keislamannya. Karena, Islam
dibangun di atas tiga landasan utama, yaitu iman, Islam, dan ihsan, seperti
yang telah diterangkan oleh Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wassallam.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang
di atas maka penulis akan merumuskan masalah pada makalah ini sebagai
berikut:
1.
Bagaimana
pengertian atau definisi ihsan?
2.
Bagaimana
wujud dan aspek dalam ihsan?
3.
Bagaimana kelebihan dan penghayatan ihsan
dalam kehidupan?
4.
Bagaimana
hikma dalam berbuat ihsan?
5.
Bagaimana menyebarkan kebaikan melalui ihsan?
C.
Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan
masalah diatas, maka tujuan dari makalah adalah sebagai berikut:
1.
Menjelaskan
pengertian atau definisi ihsan.
2.
Mendiskripsikan
wujud dan aspek dalam ihsan.
3.
Mendiskripsikan
kelebihan dan penghayatan ihsan
dalam kehidupan.
4.
Mengetahui
hikma dalam berbuat ihsan.
5.
Mendiskripsikan
dalam menyebarkan kebaikan
melalui ihsan.
D.
Manfaat Makalah
Adapun
manfaat dari penulisan atau pembahasan makalah Menyebarkan
Kebaikan Melalui Ihsan ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagi
pembaca.
Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk menambah pengetahuan tentang Menyebarkan Kebaikan
Melalui Ihsan.
2. Bagi
Penulis.
Dapat menjadi informasi berharga bagi para penulis
guna menciptakan tulisan yang lebih bermanfaat bagi masyarakat dan pembaca untuk bisa mengetahui bagaimana Menyebarkan
Kebaikan Melalui Ihsan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ihsan
Ihsan ( ناسحI ) adalah kata
dalam bahasa Arab yang berarti “kesempurnaan” atau “terbaik.” Dalam terminologi
agama Islam, Ihsan berarti seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia
melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang
tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya. Ihsan adalah
lawan dari isa'ah (berbuat kejelekan), yaitu seorang manusia mencurahkan
kebaikan dan menahan diri untuk tidak mengganggu orang lain. Mencurahkan
kebaikan kepada hamba-hamba Allah dengan harta, ilmu, kedudukan dan badannya.
Islam dibangun di atas tiga landasan
utama, yaitu Iman,Islam, dan Ihsan. Oleh karenanya, seorang muslim hendaknya
tidak memandang ihsan itu hanya sebatas akhlak yang utama saja, melainkan harus
dipandang sebagai bagian dari akidah dan bagian. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman
dalam Al-Qur`an mengenai hal ini:
Artinya: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi
dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu
sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami
datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk
ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan
untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.” (Al-Isra’:
7)
Artinya:
“Dan carilah pada apa yang
telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.” (al-Qashash:77)
Ibnu
Katsir mengomentari ayat di atas dengan mengatakan bahwa kebaikan yang dimaksud
dalam ayat tersebut adalah kebaikan kepada seluruh makhluk Allah Subhanahu Wa
Ta’ala.
Ihsan
adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan
kemuliaan dari-Nya. Ihsan adalah mashdar dari أَحْسَنَ يُحْسِنُ yang memiliki
dua makna:
1. Pertama, kata Ahsana itu bersifat transitif dengan
sendirinya. Seperti ucapan: أَحْسَنْتُ كَذَا artinya adalah حَسَّنْتُهُ (aku
membaguskannya) dan كَمَّلْتُهُ (aku menyempurnakannya).
الإِحْسَانُ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ
كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“Ihsan yaitu kamu menyembah Allah seolah-olah
kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihat
kamu.” (HR. Muslim, Kitab Iman 1/37)
Makna
ini kembali kepada membaguskan ibadah dan menyempurnakannya; melaksanakan
ibadah sebagaimana yang dicintai oleh Allah dalam bentuk yang paling sempurna,
dengan merasakan muraqabah Allah didalamnya, menghadirkan keagungan-Nya disaat
memulai hingga mengakhirinya.
2. Makna kedua adalah bersifat transitif dengan
huruf jarr (إلى) seperti ucapan أَحْسَنْتُ إِلَى فُلاَنٍ artinya saya telah menyampaikan kebaikan
atau manfaat kepadanya. Jadi maknanya adalah menyampaikan berbagai macam
manfaat kepada makhluk, masuk kedalam makna ini berbuat baik (ihsan) kepada
hewan.
B.
Wujud
Atau Aspek Dalam Ihsan
Ihsan
meliputi tiga aspek yang fundamental. Ketiga hal tersebut adalah ibadah,
muamalah, dan akhlak. Ketiga hal inilah yang menjadi pokok bahasan dalam ihsan adalah sebagai
berikut:
1.
Ibadah
Kita
berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan semua jenis ibadah,
seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang benar, yaitu
menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan
mungkin dapat ditunaikan oleh seorang hamba, kecuali jika saat pelaksanaan
ibadah-ibadah tersebut ia dipenuhi dengan cita rasa yang sangat kuat
(menikmatinya), juga dengan kesadaran penuh bahwa Allah senantiasa memantaunya
hingga ia merasa bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan oleh-Nya. Minimal
seorang hamba merasakan bahwa Allah senantiasa memantaunya, karena dengan
inilah ia dapat menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan sempurna,
sehingga hasil dari ibadah tersebut akan seperti yang diharapkan. Inilah maksud
dari perkataan Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam yang berbunyi,
“Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan
engkau melihat-Nya, dan jika engkau tak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya
Dia melihatmu. (HR. Muslim)”
Kini
jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu sendiri sangatlah
luas. Maka, selain jenis ibadah yang kita sebutkan tadi, yang tidak kalah
pentingnya adalah juga jenis ibadah lainnya seperti jihad, hormat terhadap
mukmin, mendidik anak, menyenangkan isteri, meniatkan setiap yangmubah untuk
mendapat ridha Allah, dan masih banyak lagi. Oleh karena itulah, Rasulullah
Salallahu ‘Alaihi Wasallam. menghendaki umatnya senantiasa dalam keadaan
seperti itu, yaitu senantiasa sadar jika ia ingin mewujudkan ihsan dalam
ibadahnya.
2.
Muamalah
Dalam
bab muamalah, ihsan dijelaskan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. pada surah An-Nisaa’
ayat 36, yang berbunyi sebagai berikut, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu.”
Berikut
ini adalah mereka yang berhak mendapatkan ihsan tersebut :
a.
Ihsan kepada kedua orang tua
b.
Ihsan kepada karib kerabat
c.
Ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin
d.
Ihsan kepada tetangga dekat, tetangga jauh, serta teman
sejawat
e. Ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya
f.
Ihsan dengan perlakuan dan ucapan yang baik kepada manusia
g.
Ihsan dalam hal muamalah
h.
Ihsan dengan berlaku baik kepada binatang
3.
Akhlak
Ihsan
dalam akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan muamalah. Seseorang
akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila ia telah melakukan ibadah
seperti yang menjadi harapan Rasulullah dalam hadits yang telah dikemukakan di
awal tulisan ini, yaitu menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya, dan jika kita
tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah senantiasa melihat kita. Jika
hal ini telah dicapai oleh seorang hamba, maka sesungguhnya itulah puncak ihsan
dalam ibadah. Pada akhirnya, ia akan berbuah menjadi akhlak atau perilaku,
sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan dalam ibadahnya akan terlihat
jelas dalam perilaku dan karakternya.
Jika
kita ingin melihat nilai ihsan pada diri seseorang “yang diperoleh dari hasil
maksimal ibadahnya” maka kita akan menemukannya dalam muamalah
kehidupannya. Bagaimana ia bermuamalah dengan sesama manusia, lingkungannya,
pekerjaannya, keluarganya, dan bahkan terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan ini
semua, maka Rasulullah mengatakan dalam sebuah hadits, “Aku diutus hanyalah
demi menyempurnakan akhlak yang mulia.”
C. Kelebihan dan Penghayatan Ihsan Dalam
Kehidupan
Adapun
ciri-ciri Kelebihan Ihsan :
1.
Mentaati perintah dan larangan Allah SWT dengan ikhlas.
2.
Senantiasa amanah, jujur dan menepati janji.
3.
Merasakan nikmat dan haus akan ibadah.
4.
Mewujudkan keharmonisan masyarakat,
5.
Mendapat ganjaran pahala dari Allah SWT.
Cara Penghayatan Ihsan Dalam kehidupan :
1.
Menyembah dan beribadah kepada Allah.
2.
Memelihara kesucian aqidah tidak terbatal.
3.
Mengerjakan ibadah fardhu ain dan sunat.
4.
Hubungan baik dengan keluarga, tetangga dan masyarakat.
5.
Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
D.
Hikmah Berbuat Ihsan
1.
Terbinanya hubungan
vertikal antara hamba dengan penciptanya, yaitu Allah SWT.
2.
Terjalinnya hubungan
baik antara anak dengan orang tuanya.
3.
Terjalinnya
silaturrahmi dengan kerabat dan sanak saudara.
4.
Tertanamnya rasa empati
kepada sesama umat manusia.
5.
Terciptanya lingkungan
masyarakat yang harmonis dan saling peduli satu sama lainnya.
6.
Terjadinya simbiosis
mutualisme antara manusia dengan alam sekitarnya.
7.
Terjaganya kelestarian
alam semesta, baik di darat, air, maupun udara.
Intinya, semua yang ada di alam ini
berhak mendapatkan perlakuan baik (ihsan) dari kita, sebagaimana ditegaskan
Rasulullah SAW dalam sabdanya: “Sesungguhnya
Allah telah mewajibkan berbuat Ihsan atas segala sesuatu…”(H.R. Muslim)
E.
Menyebarkan Kebaikan Melalui Ihsan
Ihsan kepada Allah SWT mengandung
dua tingkatan, yaitu beribadah kepada Allah SWT seakan-akan Allah melihatnya
dan beribadah dengan penuh keyakinan bahwa Allah SWT melihat segala apa yang
dikerjakan oleh kita. Hakikat
Ihsan ialah beribadah kepada Allah SWT dengan penuh keikhlasan dan merasakan
adanya pengawasan Allah SWT dalam setiap gerak-gerik yang dilakukannya.
Berbakti dan berbuat baik kepada
kedua orang tua merupakan kewajiban seorang anak yang wajib ditunaikan. Ihsan
kepada kedua orang tua bukan sekedar berbakti sebagai balas jasa, tetapi juga
harus lebih dari itu. Sebab, Ihsan itu bermakna bersikap atau berbuat melebihi
kadar yang diterima. Meski, dalam konteks kepada orang tua, tidak ada satu pun di
dunia ini yang mampu membalas jasa dan kebaikan kedua orang tuanya.
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika kami mengambil janji dari Bani Israil : Janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua,
kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang
baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Tetapi kemudian
kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih
menjadi) pembangkang.” (Q.S. Al-Baqarah (2): 83)
Isi kandungan Q.S. Al-Baqarah (2) : 83 di antaranya:
1. Saling menasihati, agar
manusia mengabdi kepada Allah SWT, selalu berbuat baik kepada ora-ng tua,
kerabat, anak-anak yatim, dan orang miskin.
2. Mengingatkan bahwa
berbuat baik kepada kedua orang tua itu merupakan kewajiban yang ha-rus
ditunaikan oleh setiap anak.
3. Berbuat baik itu luas
cakupannya, bukan hanya terkait beribadah kepada Allah SWT, tetapi melingkupi
hubungan sosial kemasyarakatan. Hal ini berarti, menyebarkan kebaikan itu luas,
seluas alam semesta ini, meski harus disadari bahwa objek kebaikan itu
berurutan mulai dari diri sendiri, orang tua, kerabat terdekat, sampai dengan
masyarakat sekitar.
4. Bergaul dengan sesama
manusia, harus mengedepankan sopan santun dan akhlak yang mulia.
5. Harus ada keterkaitan
antara dimensi ritual dan dimensi sosial.
6. Sikap yang mencerminkan
Q.S. Al-Baqarah (2) : 83 di antaranya:
a. Mengabdi hanya kepada
Allah SWT, berbuat baik kepada kedua orang tua, terus menebarkan kebaikan.
b. Saat menasihati
pergunakanlah tutur kata yang sopan, santun dan berakhlak mulia.
c. Membalas kebaikan
melebihi kadar yang diterima.
d. Mau berbagi
kebahagiaaan dan peduli terhadap penderitaan sesama, kaum dhuafa dan sia-pa pun
yang membutuhkan.
e. Terdapat hubungan yang
erat antara keshalihan ritual dan keshaliahan sosial.
f. Menghindari sikap yang
mementingkan diri sendiri, sementara melupakan kondisi sosial d i sekitarnya.
g. Berusaha tetap
menyebarkan kebaikan untuk semua, tanpa melihat adanya perbedaan latar belakang
dan status sosial seseorang.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ihsan
adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan
kemuliaan dari-Nya. Dan juga sebagai puncak prestasi dalam ibadah,
muamalah, dan akhlak. Oleh karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini
tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya agar sampai
pada tingkat tersebut. Siapapun kita, apapun profesi kita, di mata Allah tidak
ada yang lebih mulia dari yang lain, kecuali mereka yang telah naik ketingkat
ihsan dalam seluruh sisi dan nilai hidupnya.
B. Saran
Demikian
pemaparan makalah yang berjudul “Menyebarkan
Kebaikan Melalui Ihsan” ini oleh penulis. Penulis sadar
masih ada kekurangan dalam penulisannya. Untuk itu, penulis berharap kepada
pembaca bersedia memberikan saran maupun kritik kepada penulis mengenai makalah
ini. Meskipun demikian, penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
http://itla4islam.blogspot.com/2012/09/pengertian-ihsan_14.html
No comments:
Post a Comment