MAKALAH
Pendidikan Agama Islam
“Jujur Mambawa Hidup Penuh Berkah”
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK ....
1.
..........................................
2.
..........................................
3. ..........................................
4.
..........................................
5.
..........................................
6.
..........................................
7. ..........................................
SMA/SMK ............................................
TAHUN AJARAN 20....-20....
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Dengan menyebut nama Allah Subhana
Wa Ta’ala yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pendidikan
Agama Islam ini dengan sebuah pembahasan tentang “Jujur Membawa Hidup Penuh
Berkah”.
Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Serta ucapan terima kasih kepada guru pembimbing pelajaran Pendidikan Agama
Islam Yang terhormat Ibu ..............................., S.Ag. dimana
atas bimbingan beliau kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat serta referensi pembelajaran maupun inspirasi
terhadap pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Palembang, September 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Jujur
adalah sifat terpuji yang merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan dunia.
Kehidupan dunia akan hancur dan agama juga menjadi lemah di atas kebongan,
khianat serta perbuatan curang. Karena mulianya orang yang jujur, baik di sisi
Allah Subhana Wa
Ta’ala maupun di sisi manusia, kejujuran harus ditegakkan meskipun berat
dan susah. Ungkapan tentang “orang jujur akan hancur” merupakan keliru. Allah Subhana
Wa Ta’ala menyifatkan diri-Nya dengan kejujuran.
Keujuran
dapat membuat hati kita nyaman dan tenteram. Ketika berkata jujur, tidak akan
ada ketakutan yang mengikuti atau bahkan kekhawatiran tentang terungkapnya
sesuatu yang tidak dikatakan. Akan tetapi, saat ini kejujuran dalam
penerapan kehidupan sehari-hari masih kurang seperti perilaku mencontek yang
seolah lazim bagi anak-anak dibangku sekolah.
Jujur adalah sifat terpuji yang
merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan dunia. Kehidupan dunia tidak akan
baik, dan agama juga tidak bisa tegak diatas kebohongan, penghianatan serta
perbuatan curang. Karena mulianya orang yang jujur, baik di sisi
Allah maupun di sisi manusia, kejujuran harus ditegakkan meskipun berat dan
susah.
Jujur dan mempercayai kejujuran,
merupakan ikatan yang amat erat dengan para rosul dan orang-orang yang beriman.
Sebagaimana Allah Subhana Wa Ta’ala telah berfirman dalam surat Az-zumar ayat
33-34 yang artinya: “Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan
membenarkannya, mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi tuhan
mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik,”
Sebagaimana telah dijelaskan dalam
firman Allah Subhana Wa Ta’ala diatas bahwasannya jujur mempunyai kedudukan
yang amat tinggi dimata Allah Subhana Wa Ta’ala, juga dalam pandangan islam
serta dalam pandangan orang-orang beradab dan juga memberikan manfaat luar
biasa untuk diri sendiri. Karena kejujuran dapat membuat hati kita
nyaman dan tenteram. Ketika berkata jujur, tidak akan ada ketakutan yang
mengikuti atau bahkan kekhawatiran tentang terungkapnya sesuatu yang tidak
dikatakan.
Akan tetapi
apabila kita lihat dan perhatikan tentang kehidupan sosial sekarang bahwa
kejujuran sudah jarang ditanamkan pada jiwa dan karakter seseorang. Karena
kejujuran sudah jarang diaplikasikan dan diterapkan pada kehidupan keseharian
seseorang. Bahkan sekarang kebohongan, lawan dari kejujuran malah secara tidak
langsung diajarkan kepada anak-anak. Seorang guru disekolah dengan
terang-terangan mengajarkan anak didiknya untuk bebohong, membiarkan anak
didiknya mencontek ketika ujian, bahkan yang sangat memprihatinkan adalah
sekarang banyak sekolah-sekolah yang mengkoordinasi pembelian kunci jawaban
atas para siswanya sebagai jalan pintas dan sebagai bahan
mencontek untuk menjawab soal ujian negara. Karena itu dalam makalah ini
saya akan mencoba membahas tentang kejujuran
B.
Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang
masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Seberapa
penting dan utamanya berperilaku jujur ?
2. Ada
berapa macam bentuk kejujuran ?
3. Apakah
akibat dari perilaku berbohong ?
4. Bagaimana
hikmah dari perilaku jujur ?
C.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Menambah
wawasan baru mengenai pentingnya sikap kejujuran dalam berprilaku.
2. Menguatkan
sifat kejujuran dengan didukung dengan ayat Al-Quran dan Hadits yang jelas.
3. Melaksanakan
tugas makalah Pendidikan Agama Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Dalam
bahasa Arab, jujur merupakan terjemahan dari kata “ash-shidqu” atau “shiddiq”
yang artinya benar, dapat dipercaya. Dengan kata lain, jujur adalah perkataan
dan perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur merupakan induk dari sifat-sifat
terpuji (mahmudah). Jujur juga disebut dengan benar atau sesuai dengan
kenyataan. Lawan kata ini adalah dusta, atau dalam bahasa Arab ”al-kadzibu”. Secara
istilah, jujur atau ash-shidqu bermakna:
(1) kesesuaian
antara ucapan dan perbuatan;
(2) kesesuaian
antara informasi dan kenyataan;
(3) ketegasan
dan kemantapan hati; dan
(4) sesuatu
yang baik yang tidak dicampuri dengan kedustaan.
Jujur
adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya
dan apa adanya, tidak ditambahi ataupun dikurangi. Sifat jujur harus dimiliki
oleh setiap manusia, karna sifat ini merupakan prinsip dasar dari cerminan
ahlak seseorang. Bahkan jujur dapat menjadi kepribadian sesorang atau bangsa,
sehingga kejujuran bernilai tinggi dalam kehidupan manusia.
Sikap jujur, merupakan salah satu fadhilah yang menentukan status dan
kemajuan perseorangan dan masyarakat. Menegakkan prinsip kejujuran adalah salah
satu sendi kemaslahatan dalam hubungan antara manusia dengan manusia dan antara
satu golongan dengan golongan yang lain. Dampak dari sifat jujur adalah
menimbulkan rasa berani, karena tidak ada orang yang merasa tertipu dengan
sifat yang diberikan kepada orang lain dan bahkan orang merasa senang dan
percaya terhadap pribadi orang yang jujur. Pepatah ada mengatakan “berani
karena benar, takut karena salah”.
Sifat Jujur tidak
dapat dimiliki dan dilaksanakan dengan baik dan sempurna oleh orang yang tidak
kukuh imannya. Orang beriman dan takwa, karena dorongan iman dan taqwanya itu
merasa diri wajib selalu berbuat dan bersikap benar serta jujur. Orang yang
mempunyai sifat jujur akan dikagumi dan dihormati banyak orang. Karena orang
yang jujur selalu dipercaya orang untuk mengerjakan suatu yang penting. Hal ini
disebabkan orang yang memberi kepercayaan tersebut akan merasa aman dan tenang.
Jujur adalah sikap yang tidak mudah untuk dilakukan jika hati tidak
benar-benar bersih. Namun sayangnya sifat yang luhur ini belakangan sangat
jarang kita temui, kejujuran sekarang ini menjadi barang langka. Saat ini kita
membutuhkan teladan yang jujur, teladan yang bisa diberi amanah umat dan
menjalankan amanah yang diberikan dengan jujur dan sebaik-baiknya. Dan teladan
yang paling baik, yang patut dicontoh kejujurannya adalah manusia paling utama
yaitu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Kejujuran adalah perhiasan Rasulullah saw. dan orang-orang yang berilmu.
B. Pentingnya
Perilaku Jujur
Sifat
jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan juga tanda kesempurnaan bagi
si pemilik sifat tersebut. Pemilik kejujuran memiliki kedudukan yang tinggi di
dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai
derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan.
Syari’at
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat jujur dalam segala keadaan,
walaupun secara lahir kejujuran tersebut akan merugikan diri sendiri. Allah Subhana Wa
Ta’ala telah berfirman dalam Surat An-Nisaa Ayat 135 yang berbunyi:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ كُونُواْ قَوَّٰمِينَ بِٱلۡقِسۡطِ شُهَدَآءَ لِلَّهِ وَلَوۡ عَلَىٰٓ
أَنفُسِكُمۡ أَوِ ٱلۡوَٰلِدَيۡنِ وَٱلۡأَقۡرَبِينَۚ إِن يَكُنۡ غَنِيًّا أَوۡ
فَقِيرٗا فَٱللَّهُ أَوۡلَىٰ بِهِمَاۖ فَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلۡهَوَىٰٓ أَن
تَعۡدِلُواْۚ وَإِن تَلۡوُۥٓاْ أَوۡ تُعۡرِضُواْ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِمَا
تَعۡمَلُونَ خَبِيرٗا( ١٣٥)
Artinya : “ Wahai orang-orang yang
beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi
karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu.
Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan
jika kamu memutar-balikan ( kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” ( Q.S. An- Nisaa’ : 135 )
Allah Subhana Wa
Ta’ala selalu memerintahkan kita untuk berlaku benar baik
dalam perbuatan maupun ucapan, sebagaimana firman-Nya :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ
مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ( ١١٩)
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman
bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang
benar” ( Q.S. At-Taubah : 119 )
Kejujuran
itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagai sesorang yang melakukan
suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yan,g ada pada batinnya. Ketika berani
mengatakan “tidak” untuk korupsi, maka ia harus berusaha
menjauhi korupsi, bukan malah hanya mengatakan tetapi ia sendiri melakukan
korupsi. Kejujuran merupakan ciri-ciri orang beriman sedangkan lawannya
dusta merupakan sifat orang yang munafik. Sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam :
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi
Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam. Bersabda “Tanda orang
munafik itu ada 3, yaitu : Apabila berbicara dusta, apabila berjanji
mengingkari, dan apabila dipercaya khianat.” (HR.
Bukhari Muslim)
Allah Subhana Wa
Ta’ala. Menegaskan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba
dan yang mampu menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya).
قَالَ ٱللَّهُ هَٰذَا يَوۡمُ يَنفَعُ ٱلصَّٰدِقِينَ
صِدۡقُهُمۡۚ لَهُمۡ جَنَّٰتٞ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ
فِيهَآ أَبَدٗاۖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ
ٱلۡعَظِيمُ( ١١٩)
Artinya : “Allah berfirman: "Ini
adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka.
Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang
paling besar" ( Q.S al-Maidah : 119 )
C. Keutamaan
Perilaku Jujur
Kedudukan
sifat jujur sangat erat hubungannya dengan sifat-sifat para nabi, yakni Nabi
Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub, sebagaimana firman Allah Subhana Wa
Ta’ala:
وَوَهَبۡنَا لَهُم مِّن رَّحۡمَتِنَا وَجَعَلۡنَا لَهُمۡ
لِسَانَ صِدۡقٍ عَلِيّٗا( ٥٠)
Artinya : “Dan Kami anugerahkan kepada
mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik
lagi tinggi” ( Q.S. Maryam : 50 )
Dan
Ismail dipuji karena jujur, sebagaimana firman Allah Subhana Wa
Ta’ala :
وَٱذۡكُرۡ فِي ٱلۡكِتَٰبِ إِسۡمَٰعِيلَۚ إِنَّهُۥ
كَانَصَادِقَ ٱلۡوَعۡدِ وَكَانَ رَسُولٗا نَّبِيّٗا( ٥٤)
Artinya : “Dan ceritakanlah (hai Muhammad
kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia
adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan
nabi” ( Q.S Maryam : 54 )
Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam menganjurkan umatnya untuk selalu jujur.
Karena kejujuran merupakan akhlak yang mulia yang akan mengarahkan pemiliknya
kepada kebajikan, sebagaimana dijelaskan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wasallam.
Artinya : “ Dari Abdullah ibn Mas’ud, dari
Rasulullah saw. Bersabda. “Sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan
kebaikan itu membawa ke surga…” ( HR. Bukhari )
Sifat
jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan juga tanda kesempurnaan bagi si
pemilik sifat tersebut. Pemilik kejujuran memiliki kedudukan yang tinggi di
dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat
orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan. Orang jujur akan
dipermudah rezeki dan segala urusannya. Contoh yang perlu diteladani,
karena kejujurannya, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Di percaya oleh
Siti Khadijah untuk membawa barang dagangan lebih banyak lagi. Ini
artinya Nabi Muhammad saw akan mendapatkan keuntungan lebih besar
lagi dan tentu saja apa yang dilakukan Nabi akan mendapat kemudahan.
Sebaliknya,
orang yang tidak jujur atau bohong akan dipersulit rezeki dan segala urusannya.
Orang yang pernah berbohong akan terus berbohong karena untuk menutupi
kebohongan yang diperbuat, dia harus berbuat kebohongan lagi. Kejujuran berbuah kepercayaan, sebaliknya dusta menjadikan orang
lain tidak percaya. Jujur membuat hati kita tenang, sedangkan berbohong membuat
hati menjadi was-was, kegundahan hati dan kekhawatiran yang bertumpuk-tummpuk
beresiko menjadi penyakit.
D. Macam-Macam Sifat Jujur
Kita seakan baru
mengenal kata dan sifat mulia, “jujur”. Entah karena seringnya berdusta dan
kebohongan oleh perilaku kita sendiri ataukah karena seringnya kita dibohongi
sehingga kita menjadi heboh dengan “kejujuran.” Padahal, melakukan dan
mengucapkan kebenaran telah diajarakan dalam Al-qur'an. Melaksanakan dan
melafalkan dengan penuh kejujuran telah diungkap oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam. Padahal, mengamalkan dan melontarkan kebenaran telah disinggung oleh
para Ulama".
Para Ulama berkata,
“Langkah awal kejujuran itu adalah menjauhi dusta di semua ucapan. Kejujuran
menjadi pintu masuk dalam perbuatan, niat, kenyataan hidup, dan di semua lini
kedudukan.” Jujur bukan hanya dalam perkataan, namun kejujuran juga dinilai
mulai dari niat seseorang, perbuatan, bahkan pikiran seseorang. Imam Al-Ghazali
menyebut ada Lima macam sifat jujur sebagai berikut :
1. Shidq Al-Qalbi (Jujur dalam niat dan kehendak), yaitu
motivasi bagi setiap gerak dan langkah seseorang dalam rangka menaati perintah
Allah Subhana Wa
Ta’ala, dan ingin mencapai ridha-Nya. Jujur sesungguhnya berbeda dengan
pura-pura jujur berarti tidak ikhlas dalam berbuat. Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam. Bersabda,
Artinya : “Ingatlah, dalam tubuh itu ada segumpal
daging. Bila ia baik, akan baiklah seluruh tubuh. Dan bila ia rusak, rusaklah
ia seluruhnya. Itulah qalbu (hati).” (HR. Bukhari)
2. Shidq Al-Hadits (Jujur dalam ucapan), yaitu
memberikan, yaitu memberikan sesuatu sesuai dengan realitas yang terjadi,
kecuali untuk kemaslahatan yang dibenarkan oleh syari’at seperti dalam kondisi
perang, mendamaikan dua orang yang bersengketa, dan, semisalnya. Setiap hamba
berkewajiban menjaga lisannya, yakni berbicara jujur dan, dianjurkan
menghindari kata-kata sindiran Karena hal itu sepadan dengan kebohongan,
kecuali jika sangat dibutuhkan dan demi kemaslahatan pada saat-saat tertentu,
tidak berkata kecuali dengan benar dan jujur. Benar/jujur dalam ucapan
merupakan jenis kejujuran yang paling tampak dan terang diantara macam-macam
kejujuran.
3. Shidq Al-Amal (Jujur dalam perbuatan), yaitu seimbang
antara lahiriah dan batiniah hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dan amal
batin. Jujur dalam perbuatan ini juga berarti melaksanakan suatu pekerjaan
sesuai dengan yang di ridhai Allah Subhana Wa Ta’ala, dan melaksanakannya secara terus-menerus dan ikhlas. Orang jujur
tentu akan sejalan dengan semua kebaikan dan sebagai penegak segala kebagusan,
sedangkan kebaikan itu adalah jalan menuju ke syurga, bahkan kebajikan itu
sebagai kunci masuk syurkan, kunci tersebut tak lain untuk membuka syurga,
sebagaimana firman Allah Surah Mutaffifin ayat 22-26 :
إِنَّ ٱلۡأَبۡرَارَ لَفِي
نَعِيمٍ (٢٢) عَلَى ٱلۡأَرَآئِكِ يَنظُرُونَ (٢٣) تَعۡرِفُ فِي
وُجُوهِهِمۡ نَضۡرَةَ ٱلنَّعِيمِ( ٢٤) يُسۡقَوۡنَ مِن رَّحِيقٖ
مَّخۡتُومٍ( ٢٥) خِتَٰمُهُۥ مِسۡكٞۚ وَفِي ذَٰلِكَ فَلۡيَتَنَافَسِ
ٱلۡمُتَنَٰفِسُونَ( ٢٦)
Artinya : “Sesungguhnya orang yang berbakti itu
benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (surga). mereka (duduk) di atas
dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat mengetahui dari wajah
mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan. Mereka diberi minum dari khamar
murni yang dilak (tempatnya). layaknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian
itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (Q.S Al-Mutoffifin : 22-26)
4. Shidq Al-Wa’d (Jujur bila berjanji), janji membuat
kita selalu berharap. Janji yang benar membuat kita bahagia. Janji palsu
membuat kita selalu was-was. Maka janganlah memperbanyak janji (namun tidak
ditepati) karena Allah Subhana Wa Ta’ala, sangat membenci oran-orang
yang selalu mengingkari janji. Sebagaimana dalam firman-Nya .
وَأَوۡفُواْ بِعَهۡدِ ٱللَّهِ
إِذَا عَٰهَدتُّمۡ وَلَا تَنقُضُواْ ٱلۡأَيۡمَٰنَ بَعۡدَ تَوۡكِيدِهَا وَقَدۡ
جَعَلۡتُمُ ٱللَّهَ عَلَيۡكُمۡ كَفِيلًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ مَا تَفۡعَلُونَ(
٩١)
Artinya : “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah
apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu,
sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu
(terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu
perbuat” (Q.S. An-Nahl : 91)
وَلَا تَقۡرَبُواْ مَالَ
ٱلۡيَتِيمِ إِلَّا بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ حَتَّىٰ يَبۡلُغَ أَشُدَّهُۥۚ
وَأَوۡفُواْ بِٱلۡعَهۡدِۖ إِنَّ ٱلۡعَهۡدَ كَانَ مَسُۡٔولٗا( ٣٤)
Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati harta anak
yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan
penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan
jawabnya” (Q.S. Al-Israa : 34)
5. Shidq Al-Haal (Jujur dalam kenyataan). Orang mukmin
hidupnya selalu berada di atas kenyataan. Dia tidak akan menampilkan sesuatu
yang bukan dirinya. Dia tidak pernah memaksa orang lain untuk masuk kedalam
jiwanya. Dengan kata lain, seorang mukmin tidak hidup berada dibahawah
bayang-bayang orang lain. Artinya, kita harus hidup sesuai dengan keadaan diri
kita sendiri.
E.
Petaka Kebohongan
Betapa
berbahayanya sebuah kebohongan, kebohongan akan mengantarkan pelakunya tidak
dipercaya lagi oleh orang lain. Ketika seseorang sudah berani menutupi
kebenaran, bahkan menyelewengkan kebenaran untuk tujuan jahat, ia telah
melakukan kebohongan. Kebohongan yang dilakukannya itu telah membawa kepada apa
yang telah dikhianatinya itu.
فَمَنۡ حَآجَّكَ فِيهِ مِنۢ
بَعۡدِ مَا جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ فَقُلۡ تَعَالَوۡاْ نَدۡعُ أَبۡنَآءَنَا وَأَبۡنَآءَكُمۡ
وَنِسَآءَنَا وَنِسَآءَكُمۡ وَأَنفُسَنَا وَأَنفُسَكُمۡ ثُمَّ نَبۡتَهِلۡ
فَنَجۡعَل لَّعۡنَتَ ٱللَّهِ عَلَى ٱلۡكَٰذِبِينَ( ٦١)
Artinya : “Siapa yang membantahmu tentang
kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya):
"Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri
kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita
bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada
orang-orang yang dusta” (Q.S Ali-Imran : 61)
وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَن
يَغُلَّۚ وَمَن يَغۡلُلۡ يَأۡتِ بِمَا غَلَّ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۚ ثُمَّ تُوَفَّىٰ
كُلُّ نَفۡسٖ مَّا كَسَبَتۡ وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ( ١٦١)
Artinya : “Tidak mungkin seorang nabi
berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat
dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa
apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan
tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak
dianiaya” ( Q.S Ali-Imran : 161 )
Dalam
hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengingatkan :
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra., dia
berkata ; Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam., bersabda, “Akan
datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu
pendusta dibenarkan, sedangkan orang yang jujur malah didustakan,
pengkhianat dipercaya, sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai
pengkhianat. Pada saat itu, Ruwaibidhah berbicara.” Beliau
menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat
luas.” (HR. Ibnu Majah)
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفۡعَلُونَ (٢) كَبُرَ مَقۡتًا عِندَ ٱللَّهِ
أَن تَقُولُواْ مَا لَا تَفۡعَلُونَ( ٣)
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman,
kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan. Amat besar
kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (Q.S.
Ash-Shaff : 2-3)
Syaikh
Muhammad al-Ghazali mengatakan, bahwa menjaga amanah ialah menunaikan dengan
baik terhadap hak-hak Allah Subhana Wa Ta’ala. Dan hak-hak manusia tanpa
terpengaruh oleh perubahan keadaan, baik susah maupun senang.
F. Hikmah
Perilaku Jujur
Beberapa
hikmah yang dapat dipetik dari perilaku jujur, antara lain sebagai berikut :
1. Perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat kita
menjadi tenang, tidak takut akan diketahui kebohongannya karena memang tidak
berbohong.
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ
ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ( ٢٨)
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (Q.S. Ar-Ra’d : 28)
2. Mendapat pahala seperti
pahala orang syahid di jalan Allah Subhana Wa Ta’ala. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda : “Barang siapa meminta mati syahid dengan jujur,
maka Allah akan mengantarkannya ke dalam golongan orang-orang syahid, walaupun
ia mati di atas kasurnya.’’ (HR Muslim) .
3. Mendapat kemudahan dalam hidupnya.
4. Selamat dari azab dan bahaya. Orang yang jujur walaupun pertama-tama ia merasa berat akan
tetapi pada akhirnya ia akan selamat dari berbagai bahaya. Rasulullah SAW telah
bersabda, ‘’Berperangailah selalu dengan kejujuran! Jika engkau melihatnya
jujur itu mencelakakan maka pada hakikatnya ia merupakan keselamatan.’’ (HR
Ibnu Abi Ad-Dunya dari riwayat Manshur bin Mu’tamir). Dan dalam firman Allah
Subhana Wa Ta’ala pun menjelaskan :
۞فَمَنۡ
أَظۡلَمُ مِمَّن كَذَبَ عَلَى ٱللَّهِ وَكَذَّبَ بِٱلصِّدۡقِ إِذۡ جَآءَهُۥٓۚ
أَلَيۡسَ فِي جَهَنَّمَ مَثۡوٗى لِّلۡكَٰفِرِينَ( ٣٢) وَٱلَّذِي جَآءَ
بِٱلصِّدۡقِ وَصَدَّقَ بِهِۦٓ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُتَّقُونَ( ٣٣) لَهُم مَّا
يَشَآءُونَ عِندَ رَبِّهِمۡۚ ذَٰلِكَ جَزَآءُ ٱلۡمُحۡسِنِينَ( ٣٤) لِيُكَفِّرَ
ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ أَسۡوَأَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ وَيَجۡزِيَهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ
ٱلَّذِي كَانُواْ يَعۡمَلُونَ( ٣٥)
Artinya : “Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang
yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang
kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang
yang kafir. Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya,
mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka
kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat
baik. Agar Allah akan menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling
buruk yang mereka kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang lebih baik dari
apa yang telah mereka kerjakan” (Q.S. az-Zumar : 32-35)
5. Dicintai oleh Allah Subhana Wa
Ta’ala dan Rasul-Nya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, ‘’Jika engkau ingin dicintai oleh Allah dan
Rasul-Nya, maka tunaikanlah jika engkau diberi amanah, jujurlah jika engkau
bicara, dan berbuat baiklah terhadap orang sekelilingmu.’’ (HR Ath-Thabrani).
Demikianlah, jujur penting sekali, terutama di masa ketika segala aspek
kehidupan dipenuhi kepalsuan dan dusta. Di manapun berada, kejujuran harus di
atas segalanya. Jujur adalah simbol profesionalisme kerja dan inti dari
kebaikan hati nurani seseorang.
6. Selamat dari bahaya. Orang yang jujur walaupun pertama-tama
ia merasa berat akan tetapi pada akhirnya ia akan selamat dari berbagai bahaya.
Rasulullah SAW telah bersabda, ‘’Berperangailah selalu dengan kejujuran! Jika
engkau melihatnya jujur itu mencelakakan maka pada hakikatnya ia merupakan
keselamatan.’’ (HR Ibnu Abi Ad-Dunya dari riwayat Manshur bin Mu’tamir).
7. Dijamin masuk surga, sebagaimana sabda Rasulullah
Muhammad SAW, “Berikanlah kepadaku enam perkara niscaya aku akan jamin engkau
masuk surga: jujurlah jika engkau bicara, tepatilah jika engkau berjanji,
tunaikanlah jika engkau diberi amanat, jagalah kemaluanmu, tundukkan
pandanganmu, dan jagalah tanganmu.’’ (HR Ahmad dari riwayat ‘Ubadah bin
Ash-Shamit).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jujur adalah sikap
atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya dan apa
adanya, tidak ditambahi ataupun dikurangi. Sifat jujur harus dimiliki oleh
setiap manusia, karna sifat ini merupakan prinsip dasar dari cerminan ahlak
seseorang. Bahkan jujur dapat menjadi kepribadian sesorang atau bangsa,
sehingga kejujuran bernilai tinggi dalam kehidupan manusia.
Perilaku jujur
mendatangkan banyak manfaat bagi kita yang melaksanaknnnya. Dan Allah Swt. Pun
telah menjelaskan kewajiban berperilaku jujur dalam Ayat-Ayat Al-Qur’an maupun
dalam Hadis Rasulullah Saw.
Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam telah banyak mencontohkan sikap-sikap teladan melalui perbuatannya.
Sehingga kita sebagai umatnya harus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
kita juga.
B. Saran
Perilaku jujur sangat penting bagi
kehidupan kita dalam berbagai aspek sehingga perilaku jujur wajib menjadi sikap
setiap orang. Berdasarkan pembahasan sebelumnya, kita dapat membuat beberapa
solusi sebagai perubahan perilaku kita, diantaranya:
1. Menanamkan
pentingnya perilaku jujur
2. Senantiasa
melaksanakan kejujuran dimanapun dan kapanpun
3. Mempertahankan
kejujuran dalam keadaan apapun
Dengan melaksanakan Kejujuran kita
akan merasakan kasih dan Ridha Allah Subhana Wa Ta’ala. karna sesungguhnya
Allah Subhana Wa Ta’ala, Mencintai orang-orang yang jujur.
DAFTAR
PUSTAKA
dannyferdiansyah.blogspot.co.id/2013/11/makalah-tentang-kejujuran.html?m=1
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai
Pustaka.1991
homeworkapw.blogspot.co.id/2013/09/makalah-sifat-terpuji-jujur_6860.html?m=1
Kementrian Pendidikan dan, Kebudayaan.
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Jakarta. 2014
ukhuwahislah.blogspot.co.id/2013/10/makalah-jujur-da,lam-perkataan-dan.html?m=1
https://rahmatikhsan78.wordpress.com/2014/04/03/26/
http://arianivelofa.blogspot.com/2015/12/makalah-pendidikan-agam-islam.html
http://mfahrisetiono.blogspot.com/2016/09/makalah-pendidikan-agama-islam-tentang.html
http://notemuza.blogspot.com/2019/09/makalah-pendidikan-agama-islam-tentang.html
http://notemuza.blogspot.com/2019/09/makalah-pendidikan-agama-islam-tentang.html
No comments:
Post a Comment