MAKALAH
Pendidikan Agama Islam
“Qadha dan Qodar”
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK ....
1. ..........................................
2. ..........................................
3. ..........................................
4. ..........................................
5. ..........................................
6. ..........................................
7. ..........................................
Kelas : .................
Guru Pembimbing : .............................
SMA/SMK ............................................
TAHUN AJARAN 20....-20....
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatu
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah AL-Islam
ini dengan sebuah pembahasan tentang “Penginderaan Jauh”.
Makalah ini
telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. Serta ucapan terima kasih kepada guru pembimbing pelajaran AL-Islam
yang terhormat Ibu Sutriati, S.Pd. dimana
atas bimbingan beliau kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terlepas
dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta referensi
pembelajaran maupun inpirasi terhadap pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatu
Palembang, Nopember 2019
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Hidup ini
memang penuh dengan warna. Dan ingatlah bahwa hakikat warna-warni
kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan (tetapkan)
dalam kitab “Lauhul Mahfudz” yang terjaga rahasianya dan tidak satupun makhluk
Allah yang mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah terjadi adalah kehendak
dan kuasa Allah Subhana Wa Ta’ala. Begitu
pula dengan bencana-bencana yang akhir-akhir ini sering menimpa bangsa kita.
Gempa, tsunami, tanah longsor, banjir, angin ribut dan bencana-bancana lain
yang telah melanda bangsa kita adalah atas kehendak, hak, dan kuasa Allah Subhana Wa Ta’ala. Dengan bekal keyakinan terhadap
takdir yang telah ditentukan oleh Allah Subhana
Wa Ta’ala, seorang mukmin tidak pernah mengenal kata frustrasi dalam kehidupannya,
dan tidak berbangga diri dengan apa-apa yang telah diberikan Allah Subhana Wa Ta’ala.
Kematian,
kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan sesuai
ketentuan-ketentuan Ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia. Dengan
tidak adanya pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah ini, maka kita
harus berlomba-lomba menjadi hamba yang saleh-muslih, dan berusaha keras untuk
menggapai cita-cita tertinggi yang diinginkan setiap muslim yaitu melihat
Rabbul’alamin dan menjadi penghuni Surga.
Keimanan
seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang terakhir adalah
beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk.
Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal, menyebabkan
batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang harus dipahami
oleh setiap muslim terkait masalah takdir ini.
B. Rumusan
Masalah
Dari
pemaparan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya dari
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang
dimaksud dengan iman qadha’ dan qadar?
2. Takdir dibagi
menjadi berapa macam?
3. Apa fungsi
beriman kepada qada’dan qadar Allah Subhana
Wa Ta’ala?
4. Bagaimana ciri –
ciri orang yang beriman kepada qadha’ dan qadar?
5. Bagaimana hikmah
bagi orang yang beriman kepada qadha’ dan qadar?
C. Tujuan
Makalah
Dari rumusan
masalah diatas maka tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami
iman kepada qadha’ dan qadar
2. Untuk memahami
dan mengetahui macam-macam takdir
3. Untuk memahami
fungsi iman kepada qada’ dan qadar Allah Subhana
Wa Ta’ala
4. Untuk mengetahui
ciri-ciri orang yang beriman kepada qadha’ dan qadar
5. Untuk mengetahui
hikmah bagi orang yang beriman kepada qadha’ dan qadar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman
Kepada Qadha’ dan Qadar
Keimanan
seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang terakhir adalah
beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir yang
buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal,
menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang
harus dipahami oleh setiap muslim terkait masalah takdir ini. Semoga paparan
ringkas ini dapat membantu kita untuk memahami keimanan yang benar terhadap
takdir Allah. Wallahul musta’an.
a.
Qadha’ dan Qadar
Dalam
pembahasan takdir, kita sering mendengar
istilah qodho’ dan qodar. Dua istilah yang serupa tapi tak sama.
Mempunyai makna yang sama jika disebut salah satunya, namun memiliki makna yang
berbeda tatkala disebutkan bersamaan. Jika disebutkan qadha’ saja
maka mencakup makna qadar, demikian pula sebaliknya. Namun jika disebutkan
bersamaan, maka qadha’ maknanya adalah sesuatu yang telah ditetapkan
Allah pada makhluk-Nya, baik berupa penciptaan, peniadaan, maupun perubahan
terhadap sesuatu. Sedangkan qodar maknanya adalah sesuatu yang telah
ditentukan Allah sejak zaman azali, dengan demikian qadar ada lebih
dulu kemudian disusul dengan qadha’.
Pengertian
Qadha dan Qadar Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa
pengertian yaitu: hukum, ketetapan, kehendak, pemberitahuan, penciptaan.
Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan Allah sejak
zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan
dengan makhluk. Sedangkan Qadar, arti qadar menurut bahasa adalah:
kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam qadar perwujudan atau
kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai
dengan ridah-Nya. Artinya: yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan
bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam
kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan
ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya (QS .Al-Furqan ayat 2).
b.
Definisi qadha’ dan qadar serta kaitan di antara
keduanya
1.
Qadar
Qadar,
menurut bahasa yaitu: Masdar (asal kata) dari qadara-yaqdaru-qadaran, dan
adakalanya huruf daal-nya disukunkan (qa-dran). Ibnu Faris berkata, “Qadara:
qaaf, daal dan raa’ adalah ash-sha-hiih yang menunjukkan akhir/puncak segala
sesuatu. Maka qadar adalah: akhir/puncak segala sesuatu. Dinyatakan: Qadruhu
kadza, yaitu akhirnya. Demikian pula al-qadar, dan qadartusy syai’ aqdi-ruhu,
dan aqduruhu dari at-taqdiir.”
Qadar (yang
diberi harakat pada huruf daal-nya) ialah: Qadha’ (kepastian) dan hukum, yaitu
apa-apa yang telah ditentukan Allah Azza wa Jalla dari qadha’ (kepastian) dan
hukum-hukum dalam berbagai perkara Takdir adalah: Merenungkan dan memikirkan
untuk menyamakan sesuatu. Qadar itu sama dengan Qadr, semuanya bentuk jama’nya
ialah Aqdaar. Qadar, menurut istilah ialah: Ketentuan Allah yang berlaku bagi
semua makhluk, sesuai dengan ilmu Allah yang telah terdahulu dan dikehendaki
oleh hikmah-Nya. Atau: Sesuatu yang telah diketahui sebelumnya dan telah
tertuliskan, dari apa-apa yang terjadi hingga akhir masa. Dan bahwa Allah Azza
wa Jalla telah menentukan ketentuan para makhluk dan hal-hal yang akan terjadi,
sebelum diciptakan sejak zaman azali.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala pun mengetahui, bahwa semua itu akan terjadi pada
waktu-waktu tertentu sesuai dengan pengetahuan-Nya dan dengan sifat-sifat
tertentu pula, maka hal itu pun terjadi sesuai dengan apa yang telah
ditentukan-Nya. Atau: Ilmu Allah, catatan (takdir)-Nya terhadap segala sesuatu,
kehendak-Nya dan penciptaan-Nya terhadap segala sesuatu tersebut.
2.
Qadha’
Qadha’,
menurut bahasa ialah: Hukum, ciptaan, kepastian dan penjelasan. Asal (makna)nya
adalah: Memutuskan, menentukan sesuatu, mengukuhkannya, menjalankannya dan
menyelesaikannya. Maknanya adalah mencipta.
c.
Kaitan Antara Qadha’ dan Qadar
Dikatakan,
bahwa yang dimaksud dengan qadar ialah takdir, dan yang dimaksud dengan qadha’
ialah penciptaan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
“Maka Dia menjadikannya tujuh
langit… .” [Fushshilat: 12]
Yakni, menciptakan semua itu.
Qadha’ dan
qadar adalah dua perkara yang beriringan, salah satunya tidak terpisah dari
yang lainnya, karena salah satunya berkedudukan sebagai pondasi, yaitu qadar,
dan yang lainnya berkedudukan sebagai bangunannya, yaitu qadha’. Barangsiapa
bermaksud untuk memisahkan di antara keduanya, maka dia bermaksud menghancurkan
dan merobohkan bangunan tersebut
Dikatakan
pula sebaliknya, bahwa qadha’ ialah ilmu Allah yang terdahulu, yang dengannya
Allah menetapkan sejak azali. Sedangkan qadar ialah terjadinya penciptaan
sesuai timbangan perkara yang telah ditentukan sebelumnya. Ibnu Hajar
al-Asqalani berkata, “Mereka, yakni para ulama mengatakan, ‘Qadha’ adalah
ketentuan yang bersifat umum dan global sejak zaman azali, sedangkan qadar
adalah bagian-bagian dan perincian-perincian dari ketentuan tersebut.”
Dikatakan, jika keduanya berhimpun,
maka keduanya berbeda, di mana masing-masing dari keduanya mempunyai pengertian
sebagaimana yang telah diutarakan dalam dua pendapat sebelumnya, dimana jika
salah satu dari kedunya disebutkan sendirian, maka yang lainnya masuk di dalam
(pengertian)nya.
d.
Hubungan antara Qadha’ dan Qadar
Pada uraian
tentang pengertian qadha’ dan qadar dijelaskan bahwa antara qadha’ dan qadar
selalu berhubungan erat . Qadha’ adalah ketentuan, hukum atau rencana Allah
sejak zaman azali. Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah. Jadi
hubungan antara qadha qadar ibarat rencana dan perbuatan.
Perbuatan Allah berupa qadar-Nya
selalu sesuai dengan ketentuan-Nya. Di dalam surat Al-Hijr ayat 21 Allah
berfirman, yang artinya sebagai berikut:
Artinya ” Dan tidak
sesuatupun melainkan disisi kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya
melainkan dengan ukuran yang tertentu.”
B.
Macam-Macam Takdir Allah
1. Taqdir
muallaq yaitu qada dan qadarnya Allah yang masih digantungkan pada usaha atau
ikhtiar manusia. Suatu contoh seseorang ingin kaya, pintar, sehat dan lain-lain
ini harus melalui proses usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Sesuatu yang
tidak mungkin semuanya itu diperoleh tanpa adanya ikhtiar. Sebagaimana firman
Allah swt berikut :
Artinya : “Dan bahwasannya seseorang itu tidak memperoleh selain apa
yang diusahakan. Dan bahwasannya usahanya itu kelak akan diperlihatkan
kepadanya, kemudian akan diberi balasan yang paling sempurna”. (QS. An-
Najm [53] : 39-40)
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan (nasib) suatu
bangsa sehingga bangsa itu mau mengubah keadaan (nasib) yang ada pada mereka
sendiri”. (QS. Ar- Ra’du [13] : 11)
Contoh :
1)
Miskin bisa jadi kaya, lantaran bekerja keras
Allah berfirman :
Artinya : “Dan katakanlah (hai
Muhammad) : Bekerjalah kamu semua, maka Allah dan Rasulnya serta orang mukmin
akan melihat hasil pekerjaanmu.’ (At- Taubah ayat 105)
2)
Bodoh menjadi pintar, lantaran mau belajar giat
Rasullulah SAW bersabda yang artinya : “Belajarlah kamu sekalian,
ajarkanlah bertawakal kamu kepada guru, serta lemah lembutlah kamu kepada
murid.” (H.R. Tabrani)
3)
Orang sakit bisa menjadi sembuh, lantaran berobat dan berdoa
Allah berfirman :
Artinya : “Berdoalah kamu
kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan permohonanmu.” (Al-Mu’minun ayat
60)
2. Taqdir
mubrom yaitu qada dan qadarnya Allah swt yang sudah tidak dapat
diubah lagi oleh manusia, walau ada ikhtiar dan tawakkal. Sebagaimana firman
Allah swt berikut :
Artinya : “Dan tiap-tiap umat
memiliki. Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya
barang sesaatpun dan tidak dapat pula memajukannya”. (QS. Surat Al-
A’raf [7] : 34)
Semua yang
kamu lakukan selanjutnya harus dipasrahkan kepada Allah swt, karena Allah swt
adalah zat yang mengatur dan menentukan segala sesuatunya. Sebagaimana firman
Allah swt berikut:
Artinya : “Dan hanya kepada
Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang
beriman”. (QS. Al- Maidah [5] : 23).
Contohnya nasib manusia, lahir, kematian, jodoh, rizkinya,
dan terjadinya kiamat dan sebagainya. Qada’ & qadar Allah Subhana Wa Ta’ala
yang berhubungan dengan nasib manusia adalah rahasia Allah Subhana Wa Ta’ala,
hanya Allah Subhana Wa Ta’ala yang mengetahuinya. Manusia diperintahkan
mengetahui qada’dan qadarnya melalui usaha dan ikhtiar. Kapan manusia lahir,
bagaimana statusnya sosialnya, bagaimana rizkinya ,siapa anak istrinya,dan
kapanya meninggalnya,adalah rahasia Allah Subhana Wa Ta’ala. Jalan hidup
manusia seperti itu sudah ditetapkan sejak zaman azali yaitu masa sebelum
terjadinya sesuatu atau massa yang tidak bermulaan. Tidak seorang pun yang
mengetahuinya.
C.
Fungsi Iman Kepada Qadha’ dan Qadar
Allah SWT
mewajibkan umat manusia untuk beriman kepada qada dan qadar (takdir), yang
tentu mengandung banyak fungsi (hikmah atau manfaat), yaitu antara lain :
a.
Memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT, pencipta alam
semesta adalah tuhan Yang Maha Esa , maha kuasa, maha adil dan maha bijaksana.
Keyakinan tersebut dapat mendorong umat manusia (umat islam) untuk melakukan
usaha-usaha yang bijaksana, agar menjadi umat (bangsa) yang merdeka dan
berdaulat. Kemudian kemerdekaan dan kedaulatan yang di perolehnya itu akan di
manfaatkannya secara adil, demi terwujudnya kemakmuran kesejahteraan bersama di
dunia dan di akherat.
b.
Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala
isinya berjalan sesuai dengan ketentuan – ketentuan Allah SWT (sunatullah) atau
hukum alam. Kesadaran yang demikian dapat mendorong umat manusia (umat islam)
untuk menjadi ilmuan-ilmuan yang canggih di bidangnya masing-masing, kemudian
mengadakan usaha-usaha penelitian terhadap setiap mahluk Allah seperti manusia,
hewan, tumbuhan, air, udara, barang tambang, dan gas. Sedangkan hasil – hasil
penelitiannya di manfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia kearah
yang lebih tinggi. (lihat dan pelajari Q.S. Almujadalah, 58 : 11)
c.
Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Iman kepada
takdir dapat menumbuhkan kesadaran bahwa segala yang ada dan terjadi di alam
semesta ini seperti daratan, lautan, angkasa raya, tanah yang subur, tanah yang
tandus, dan berbagai bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, serta
banjir semata-mata karena kehendak, kekuasaan dan keadilan Allah SWT. Selain
itu, kemahakuasaan dan keadilan Allah SWT akan di tampakkan kepada umat
manusia, takkala umat manusia sudah meninggal dunia dan hidup di alam kubur dan
alam akhirat. Manusia yang ketika di dunianya bertakwa, tentu akan memperoleh
nikmat kubur dan akan di masukan kesurga, sedangkan manusia yang ketika di
dunianya durhaka kepada Allah dan banyak berbuat dosa, tentu akan memperoleh
siksa kubur dan di campakan kedalam neraka jahanam. (lihat dan pelajari Q.S.
Ali Imran, 3 : 131 – 133).
d.
Menumbuhkan sikap prilaku dan terpuji, serta
menghilangkan sikap serta prilaku tercela. Orang yang betul-betul beriman
kepada takdir (umat islam yang bertakwa ) tentu akan memiliki sikap dan prilaku
terpuji seperti sabar, tawakal, qanaah, dan optimis dalm hidup. Juga akan mampu
memelihara diri dari sikap dan prilaku tercela, seperti: sombong, iri hati,
dengki, buruk sangka, dan pesimis dalam hidup. Mengapa demikian? Coba kamu
renungkan jawabannya! (lihat dan pelajari Q.S. Al-Hadid, 57 : 21-24)
e.
Mendorong umat manusia (umat islam) untuk berusaha
agar kualitas hidupnya meningkat, sehingga hari ini lebih baik dari hari
kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Umat manusia (umat islam) jika
betul-betul beriman kepada takdir, tentu dalam hidupnya di dunia yang sebenar
ini tidak akan berpangku tangan. Mereka akan berusaha dan bekerja dengan
sungguh-sungguh di bidangnya masing-masing, sesuai dengan kemampuannya yang
telah di usahakan secara maksimal, sehingga menjadi manusia yang paling
bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “sebaik-baiknya manusia ialah
yang lebih bermanfaat kepada manusia”. (H.R. At-Tabrani).
D.
Ciri-Ciri Orang Yang Beriman Kepada Qadha dan Qadar
Seorang
muslim yang percaya akan adanya ketentuan Allah swt pastinya memiliki tingkat
ketaatan yang tinggi. Karena ketentuan Allah swt menyangkut hidup di dunia dan
di akherat. Adapun ciri-ciri orang yang beriman kepada qada dan qadarnya Allah
swt adalah :
a.
Mentaati perintah Allah swt dan menjauhi serta
meninggalkan segala larangan Allah swt
b.
Berusaha dan bekerja secara maksimal
c.
Tawakkal kepada Allah swt secara menyeluruh dan berdoa
d. Mengisi
kehidupan di dunia dengan hal-hal positif untuk mencapai kebahagiaan hidup di
akherat
e.
memperhatikan dan merenungkan kekuasaan dan kebesaran
Allah swt
f.
bersabar dalam menghadapi cobaan
E.
Hikmah Beriman kepada Qadha dan qadar
Dengan
beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita
dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.
Hikmah tersebut antara lain:
a.
Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar
Orang yang
beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan
bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus
disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal
tersebut merupakan ujian
Artinya:”dan apa saja nikmat yang
ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan,
maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan. ”( QS. An-Nahl ayat 53).
b.
Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa
Orang yang
tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia
menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri.
Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh
kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya
adalah ketentuan Allah. Allah Subhana Wa Ta’ala berfirman:
Artinya: Hai anak-anakku, pergilah
kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus
asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah,
melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87)
Dan Rasulullah pun bersabda :
Artinya” Tidak akan masuk sorga
orang yang didalam hatinya ada sebiji sawi dari sifat kesombongan.”( HR. Muslim
No.91 )
c.
Memupuk sifat optimis dan giat bekerja
Manusia
tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu
menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu
saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha
dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan
keberhasilan itu. Allah Subhana Wa Ta’ala Berfirman:
Artinya : Dan carilah pada apa yang
telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al- Qashas ayat
77)
d. Menenangkan
jiwa
Orang yang
beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami ketenangan jiwa dalam
hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah
kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah
atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi. Allah Subhana Wa Ta’ala Berfirman:
Artinya
: Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi
diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam
sorga-Ku. ( QS. Al-Fajr ayat 27-30)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Beriman
kepada qada’ dan qadar akan melahirkan sikap optimis,tidak mudah putus asa,
sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan
kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang muslim,sesuai
dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Oleh karena itu,jika kita
tertimpa musibah maka ia akan bersabar,sebab buruk menurut kita belum tentu
buruk menurut Allah, sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik menurut
Allah. Karena dalam kaitan dengan takdir ini seyogyanya lahir sikap sabar dan
tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan kemampuan
untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.
B.
Saran
Keimanan
seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-hari.Oleh karena
itu, penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita
kepada Allah Subhana Wa Ta’ala agar hidup kita senantiasa berhasil menurut pandangan Allah Subhana Wa Ta’ala. Juga keyakinan kita terhadap takdir Allah senantiasa ditingkatkan demi meningkatkan
amal ibadah kita. Serta Kita harus senantiasa bersabar,berikhtiar dan bertawakal
dalam menghadapi takdir Allah
DAFTAR PUSTAKA
Ahyadi. 2009. Bahan Kuliah PAI.
Sumedang: PG PAUD STKIP UNSAP.
Muhammad Nur. 1987. Muhtarul Hadis.
Surabaya: Pt. Bina Ilmu.
Miftah Faridl. 1995. Pokok-pokok
Ajaran Islam. Bandung: Penerbit Pustaka.
Syed Mahmudunnasir. 1994. Islam,
Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Rosdakarya.
Toto Suryana, Dkk. 1996. Pendidikan
Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara.
Faiz. Muhammad. 2017. [Online] http://semuamakalahpembelajaran.blogspot.com/2017/06/makalah-iman-kepada-qadha-dan-qadar.html
[01-Nopember-2019]
Andri. 2013. [Online] https://andrilamodji.wordpress.com/2013/12/03/makalah-iman-kepada-qada-dan-qadar/
[01-Nopember-2019]
Hidayat
Muza. M. Rahmat. 2019. [Online] https://notemuza.blogspot.com/2019/11/makalah-pendidikan-agama-islam-tentang.html
[01-Nopember-2019]
No comments:
Post a Comment