MAKALAH
Geografi
“Penginderaan Jauh”
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK ....
1. ..........................................
2. ..........................................
3. ..........................................
4. ..........................................
5. ..........................................
6. ..........................................
7. ..........................................
Kelas : .................
Guru Pembimbing : .............................
SMA/SMK ............................................
TAHUN AJARAN 20....-20....
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatu
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Geografi ini dengan sebuah pembahasan tentang “Penginderaan
Jauh”.
Makalah ini
telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. Serta ucapan terima kasih kepada guru pembimbing pelajaran Geografi
Yang terhormat Bapak/Ibu .............................. dimana
atas bimbingan beliau kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terlepas
dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta referensi
pembelajaran maupun inpirasi terhadap pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatu
Palembang, Oktober 2019
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Penginderaan
jauh berkembang sangat pesat sejak lima dasawarsa terakhir ini. Perkembangannya
meliputi aspek sensor, wahana atau kendaraan pembawa sensor, jenis citra serta
liputan dan ketersediaannya, alat dan analisis data, dan jumlah pengguna serta
bidang penggunaannya.
Di
Indonesia, penggunaan foto udara untuk survey pemetaan sumber daya telah
dimulai oleh beberapa instansi pada awal tahun 1970-an. Saat ini telah beredar
banyak jenis satelit sumber daya. Mulai dari negara maju seperti Amerika
Serikat, Kanada, Perancis, Jepang, Rusia, hingga negara-negara besar namun
dengan pendapatan per kapita yang rendah seperti India dan Republik Rakyat
Cina.
Berbagai
satelit sumberdaya yang diluncurkan itu menawarkan kemampuan yang bervariasi,
dari resolusi spasial 0,6 meter (QuickBirth milik Amerika) hingga sekitar 1,1
kilometer (NOAA-AVHRR juga milik Amerika Serikat). Berbagai negara di
Eropa, Amerika Utara, Amerika Latin, Asia dan
bahkan Afrika telah banyak memanfaatkan satelit itu untuk pembangunan.
B. Rumusan
Masalah
Dari
pemaparan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1)
Apa yang dimaksud dengan penginderaan jauh ?
2)
Apa manfaat penginderaan jauh ?
3)
Bagaimana penginderaan jauh dapat dilakukan ?
4)
Mengapa penginderaan jauh sangat berperan penting
dalam berbagai hal ?
5)
Apa saja komponen penginderaan jauh ?
6)
Bagaimana cara menginterpretasi citra ?
C. Tujuan
Penulisan
makalah ini selain bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah penginderaan
jauh, juga diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai penginderaan jauh dan
interpretasi citra serta manfaatnya yang diperlukan dalam berbagai bidang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Penginderaan Jauh
Penginderaan
Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah,
atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan
alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji
(Lillesand and Kiefer, 1979). Sedang menurut Lindgren, Penginderaan jauh ialah
berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi
tentang bumi. Informasi tersebut khusus berbentuk radiasi elektromagnetik yang
dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi.
Penginderaan
jauh merupakan aktivitas penyadapan informasi tentang obyek atau gejala di
permukaan bumi (atau permukaan bumi) tanpa melalui kontak langsung. Karena
tanpa kontak langsung, diperlukan media supaya obyek atau gejala tersebut dapat
diamati dan ‘didekati’ oleh si penafsir. Media ini berupa citra (image atau
gambar). Citra adalah gambaran rekaman suatu obyek (biasanya berupa gambaran
pada foto) yang dibuahkan dengan cara optik, elektro-optik, optik mekanik, atau
elektronik. Pada umumnya ia digunakan bila radiasi elektromagnetik yang
dipancarkan atau dipantulkan dari suatu obyek tidak langsung direkam pada film.
Citra dihasilkan dari sensor yang dipasang pada wahana.
B. Manfaat
Penginderaan Jauh
Tujuan utama
dari penginderaan jauh adalah untuk mengumpulkan data sumber daya alam dan
lingkungan. Penginderaan jauh makin banyak dimanfaatkan karena berbagai macam
alasan sebagai berikut :
- Citra dapat dibuat secara cepat meskipun pada daerah yang sulit ditempuh melalui daratan, contohnya hutan, rawa dan pegunungan.
- Citra menggambarkan obyek dipermukaan bumi dengan wujud dan letak objek mirip dengan sebenarnya, gambar relatif lengkap, liputan daerah yang luas dan sifat gambar yang permanen
- Citra tertentu dapat memberikan gambar tiga dimensi jika dilihat dengan menggunakan stereoskop. Gambar tiga dimensi itu sangat menguntungkan karena menyajikan model obyek yang jelas, relief lebih jelas, memungkinkan pengukuran beda tinggi, pengukuran lereng dan pengukuran volume.
- Citra dapat menggambarkan benda yang tidak tampak sehingga dimungkinkan pengenalan obyeknya. Sebagai contoh adalah terjadinya kebocoran pipa bawah tanah
- Citra sebagai satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana.
Adapun
manfaat penginderaan jauh dibidang geologi adalah
- Melakukan pemetaan permukaan, di samping pemotretan dengan pesawat terbang dan menggunakan aplikasi GIS.
- Menentukan struktur geologi dan macam batuan.
- Melakukan pemantauan daerah bencana (kebakaran), pemantauan aktivitas gunung berapi, aktivitas tektonik dan pemantauan persebaran debu vulkanik.
- Melakukan pemantauan distribusi sumber daya alam, seperti hutan (lokasi, macam, kepadatan, dan perusakan), bahan tambang
C. Komponen
Penginderaan Jauh
Adapun
komponen-komponen penginderaan jauh sebagai beikut:
1. Tenaga untuk
Penginderaan Jauh
Pengumpulan
data dalam penginderaan jauh dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan
sensor buatan, untuk itu diperlukan tenaga penghubung yang membawa data tentang
obyek ke sensor. Data tersebut dikumpulkan dan direkam dengan 3 cara dengan
variasi sebagai berikut:
- Distribusi daya (force). Contoh: Gravitometer mengumpulkan data yang berkaitan dengan gaya tarik bumi.
- Distribusi gelombang bunyi. Contoh: Sonar digunakan untuk mengumpulkan data gelombang suara dalam air.
- Distribusi gelombang electromagnetik. Contoh: Camera untuk mengumpuilkan data yang berkaitan dengan pantulan sinar.
Dalam
penginderaan jauh harus ada sumber tenaga yaitu matahari yang merupakan sumber
utama tenaga elektromagnetik alami yang digunakan pada teknik pengambilan data
obyek dalam penginderaan jauh. Penginderaan jauh dengan memanfaatkan tenaga
alamiah disebut penginderaan jauh sistem pasif. Sedangkan sumber tenaga buatan
digunakan dalam penginderaan jauh sistem aktif.
Tenaga ini
mengenai obyek di permukaan bumi yang kemudian dipantulkan ke sensor. Ia juga
dapat berupa tenaga dari obyek yang dipancarkan ke sensor. Jumlah tenaga
matahari yang mencapaui bumi (radiasi) dipengaruhi oleh waktu (jam, musim),
lokasi dan kondisi cuaca. Jumlah tenaga yang diterima pada siang hari lebih
banyak bila dibandingkan dengan jumlahnya pada pagi atau sore hari. Kedudukan
matahari terhadap tempat di bumi berubah sesuai dengan perubahan musim.
2. Atmosfer
Atmosfer
bersifat selektif terhadap panjang gelombang, sehingga hanya sebagian kecil
saja tenaga elektromagnetik yang dapat mencapai permukaan bumi dan dimanfaatkan
untuk penginderaan jauh. Bagian spektrum elektromagnetik yang mampu melalui
atmosfer dan dapat mencapai permukaan bumi disebut “jendela atmosfer”. Jendela
atmosfer yang paling dulu dikenal orang dan paling banyak digunakan dalam
penginderaan jauh hingga sekarang ialah spektrum tampak yang dibatasi oleh
gelombang 0,4 µm hingga 0,7 µm.
Panjang
gelombang “Special Band” spektrum elektromagnetik dan saluran yang digunakan
dalam penginderaan jauh (Sabins Jr., 1978). Tenaga
elektromagnetik dalam jendela atmosfer tidak dapat mencapai permukaan bumi
secara utuh, karena sebagian dari padanya mengalami hambatan oleh atmosfer.
Hambatan ini terutama disebabkan oleh butir-butir yang ada di atmosfer seperti
debu, uap air dan gas. Proses penghambatannya terjadi dalam bentuk serapan,
pantulan dan hamburan.
3. Interaksi
Tenaga dengan Objek
Tenaga dalam
penginderaan jauh merupakan tenaga penghubung yang membawa data tentang objek
ke sensor dapat berupa bunyi, daya magnetik, gay berat, dan tenaga
elektromagnetik.
4. Sensor atau
Alat Pengindera
Sensor
adalah alat yang digunakan untuk melacak, mendeteksi, dan merekam suatu obyek
dalam daerah jangkauan tertentu. Tiap sensor memiliki kepekaan tersendiri
terhadap bagian spektrum elektromagnetik. Kemampuan sensor untuk merekam gambar
terkecil disebut resolusi spasial. Semakin kecil obyek yang dapat direkam oleh
sensor semakin baik kualitas sensor itu dan semakin baik resolusi spasial dari
citra.
·
Jenis sensor dan sifatnya
Berdasarkan
proses perekamannya, sensor dibedakan:
a.
Sensor Fotografi
Proses
perekaman ini berlangsung secara kimiawi. Tenaga elektromagnetik diterima dan
direkam pada emulsi film yang bila diproses akan menghasilkan foto. Kalau
pemotretan dilakukan dari pesawat udara atau wahana lainnya, fotonya disebut
foto udara. Tapi bila pemotretan dilakukan dari antariksa, fotonya disebut foto
orbital atau foto satelit.
b.
Sensor Elektrik
Sensor ini
menggunakan tenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik. Alat penerima dan
perekamannya berupa pita magnetik atau detektor lainnya. Sinyal elektrik yang
direkam pada pita magnetik ini kemudian diproses menjadi data visual maupun
menjadi data digital yang siap dikomputerkan. Pemerosesannya menjadi citra
dapat dilakukan dengan dua cara, yakni:
- Dengan memotret data yang direkam dengan pita magnetik yang diwujudkan secara visual pada layar monitor.
- Dengan menggunakan film perekam khusus. Hasilnya berupa foto dengan film sebagai alat perekamnya, tapi film di sini hanya berfungsi sebagai alat perekam saja, maka hasilnya disebut citra penginderaan jauh.
5. Pengolahan
Data
Pengolahan
data dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan interpretasi secara
visual, dan dapat pula dengan cara numerik atau cara digital yaitu dengan
menggunakan komputer. Foto udara pada umumnya diinterpretasi secara manual,
sedangkan data hasil penginderaan jauh secara elektronik dapat diinterpretasi
secara manual maupun secara numerik.
6. Pengguna
Data
Penggunaan
data (orang, badan, atau pemerintah) merupakan komponen paling penting dalam
penginderaan jauh karena para penggunalah yang dapat menentukan diterima atau
tidaknya hasil penginderaan jauh tersebut. Data yang dihasilkan mencakup
wilayah, sumber daya alam suatu negara yang merupakan data sangat penting untuk
kepentingan orang banyak, maka data ini penting dijaga penggunaannya.
data sangat penting untuk kepentingan orang banyak, maka data ini penting
dijaga penggunaannya.
D. Sistem
Penginderaan Jauh
Sensor
penginderaan jauh mendapatkan informasi tentang obyek dari jarak jauh.
Informasi yang didapatkan ini berasal dari sejumlah energi yang datang dari
obyek dan diterima oleh sensor. Energi terrekam oleh sensor satelit dengan
nilai yang bervariasi antar satu obyek dengan obyek lainnya ataupun pada sebuah
obyek namun dengan kondisi yang berbeda.
Energi
merupakan unsur yang sangat penting sebagai penghantar informasi dalam
penginderaan jauh. Tanpa adanya energi ini maka informasi tidak akan dapat
diperoleh oleh sensor satelit. Dengan demikian keberadaan energi yang masuk ke
sensor adalah hal pokok dari perolehan informasi tentang obyek di muka bumi.
Dengan mendasarkan pada bentuk energi ini, penginderaan jauh dapat dibedakan
menjadu dua bentuk yaitu penginderaan jauh system pasif dan penginderaan jauh
system aktif.
Penginderaan
jauh sistem pasif adalah penginderaan jauh yang menggunakan energi yang berasal
dari obyek. Energi dapat berupa pantulan dari sumber lain, yang dalam hal ini
umumnya adalah matahari. Energi bersumber dari matahari. Energi dari matahari
dipancarkan ke obyek dan kemudian terpantulkan menuju sensor. Energi dapat pula
berasal dari pancaran suatu obyek seperti sumber-sumber thermal, misal lokasi
kebakaran hutan, sumber panas bumi, dan lain-lain. Sensor satelit sistem ini
tidak membangkitkan energi sendiri. Berbagai satelit sumber daya seperti
Landsat, QuickBird, Ikonos, dan lain-lain adalah termasuk pada system
penginderaan jauh pasif ini. Kelemahan penginderaan jauh sistem ini adalah
resolusi spasialnya semakin kasar karena panjang gelombangnya semakin besar.
Penginderaan
jauh system aktif adalah penginderaan jauh yang menggunakan energi yang berasal
dari sensor tersebut. Sensor membangkitkan energi yang diarahkan ke obyek,
kemudian obyek memantulkan kembali ke sensor. Energi yang kembali ke sensor
membawa informasi tentang obyek tadi. Serangkaian nilai energi yang tertangkap
sensor ini disimpan sebagai basis data dan selanjutnya dianalisis. Penginderaan
jauh aktif dapat dilakukan pada siang ataupun malam hari. Sistem penginderaan
jauh aktif tidak tergantung pada adanya sinar matahari, karena energi bersumber
dari sensor. Contoh dari system penginderaan jauh aktif ini adalah system kerja
radar. Radar membangkitkan energi yang diarahkan ke obyek. Energi yang sampai
pada obyek sebagian terpantul dan kembali ke sensor. Sensor radar kembali
menangkap energi tersebut, energi yang telah melakukan perjalanan menuju obyek.
Pada umumnya sistem ini menggunakan gelombang mikro, tapi dapat juga
menggunakan spektrum tampak, dengan sumber tenaga buatan berupa laser.
Tenaga
elektromagnetik pada penginderaan jauh sistem pasif dan sistem aktif untuk
sampai di alat sensor dipengaruhi oleh atmosfer. Atmosfer mempengaruhi tenaga
elektromagnetik yaitu bersifat selektif terhadap panjang gelombang, karena itu
timbul istilah “Jendela atmosfer”, yaitu bagian spektrum elektromagnetik yang dapat
mencapai bumi. Adapun jendela atmosfer yang sering digunakan dalam penginderaan
jauh ialah spektrum tampak yang memiliki panjang gelombang 0,4 mikrometer
hingga 0,7 mikrometer. Spektrum elektromagnetik merupakan spektrum yang sangat
luas, hanya sebagian kecil saja yang dapat digunakan dalam penginderaan jauh,
itulah sebabnya atmosfer disebut bersifat selektif terhadap panjang gelombang.
Hal ini karena sebagian gelombang elektromagnetik mengalami hambatan, yang
disebabkan oleh butirbutir yang ada di atmosfer seperti debu, uap air dan gas.
Proses penghambatannya terjadi dalam bentuk serapan, pantulan dan hamburan.
Analisa data
penginderaan jauh memerlukan data rujukan seperti peta tematik, data statistik
dan data lapangan. Hasil nalisa yang diperoleh berupa informasi mengenai
bentang lahan, jenis penutup lahan, kondisi lokasi dan kondisi sumberdaya
lokasi. Informasi tersebut bagi para pengguna dapat dimanfaatkan untuk membantu
dalam proses pengambilan keputusan dalam mengembangkan daerah tersebut. Keseluruhan
proses mulai dari pengambilan data, analisis data hingga penggunaan data
tersebut disebut Sistem Penginderaan Jauh (Purwadhi, 2001)
E. Hasil
Penginderaan Jauh
Dalam
penginderaan jauh didapat masukan data atau hasil observasi yang disebut citra.
Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu objek yang sedang
diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau. Sebagai
contoh, memotret bunga di taman. Foto bunga yang berhasil kita buat itu
merupakan citra bunga tersebut. Menurut Simonett (1983): bahwa citra sebagai
gambaran rekaman suatu objek (biasanya berupa suatu gambaran pada foto) yang
didapat dengan cara optik, elektro optik, optik mekanik atau elektronik. Di
dalam bahasa Inggris terdapat dua istilah yang berarti citra dalam bahasa
Indonesia, yaitu “image” dan “imagery”, akan tetapi istilah imagery dirasa
lebih tepat penggunaannya (Susanto, 1986). Agar dapat dimanfaatkan maka citra
tersebut harus diinterpretasikan atau diterjemahkan/ ditafsirkan terlebih
dahulu.
Interpretasi
citra merupakan kegiatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud untuk
mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut (Estes dan
Simonett, 1975). Singkatnya interpretasi citra merupakan suatu proses
pengenalan objek yang berupa gambar (citra) untuk digunakan dalam disiplin ilmu
tertentu seperti Geologi, Geografi, Ekologi, Geodesi dan disiplin ilmu lainnya.
Dalam
menginterpretasikan citra dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:
· Deteksi ialah pengenalan objek yang mempunyai karakteristik
tertentu oleh sensor.
· Identifikasi ialah mencirikan objek dengan menggunakan
data rujukan.
· Analisis ialah mengumpulkan keterangan lebih lanjut
secara terinci.
· Hasil proses rekaman data penginderaan jauh tersebut
berupa:
· Data digital atau data numerik untuk dianalisis dengan
menggunakan komputer.
· Data visual dibedakan lebih jauh atas data citra dan
data non citra untuk dianalisis dengan cara manual. Data citra berupa gambaran
mirip aslinya, sedangkan data non citra berupa garis atau grafik.
F. Citra
Citra adalah kombinasi antara titik, garis, bidang, dan warna
untuk menciptakan suatu imitasi dari suatu objek–biasanya objek fisik
atau manusia. Citra bisa berwujud gambar (picture) dua
dimensi, seperti lukisan, foto, dan berwujud tiga
dimensi, seperti patung. Citra dapat dibedakan atas citra foto (photographic
image) atau foto udara dan non citra:
1. Citra Foto
Citra foto
adalah gambaran yang dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera. Citra foto
dapat dibedakan berdasarkan:
a. Spektrum
Elektromagnetik yang digunakan
Berdasarkan
spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas:
- Foto ultra violet yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultraviolet dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer.
- Foto ortokromatik yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 - 0,56 mikrometer).
- Foto pankromatik yaitu foto yang dengan menggunakan spektrum tampak mata.
- Foto infra merah yang terdiri dari foto warna asli (true infrared photo) yang dibuat dengan menggunakan spektrum infra merah dekat sampai panjang gelombang 0,9 mikrometer hingga 1,2 mikrometer dan infra merah modifikasi (infra merah dekat) dengan sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan saluran hijau.
b. Sumbu kamera
Foto udara
dapat dibedakan berdasarkan arah sumbu kamera ke permukaan bumi, yaitu:
- Foto vertikal atau foto tegak (orto photograph), yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi.
- Foto condong atau foto miring (oblique photograph), yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi. Sudut ini pada umumnya sebesar 10 derajat atau lebih besar. Tapi apabila sudut condongnya masih berkisar antara 1 - 4 derajat, foto yang dihasilkan masih digolongkan sebagai foto vertikal.
Foto condong
masih dibedakan lagi menjadi:
- Foto agak condong (low oblique photograph), yaitu apabila cakrawala tidak tergambar pada foto.
- Foto sangat condong (high oblique photograph), yaitu apabila pada foto tampak cakrawalanya.
c. Warna yang
digunakan
Berdasarkan
warna yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas:
Ø Foto berwarna semua (false colour).
Warna citra pada foto tidak sama dengan warna aslinya. Misalnya pohonpohon
yang berwarna hijau dan banyak memantulkan spketrum infra merah, pada foto
tampak berwarna merah.
Ø Foto berwarna asli (true colour).
Contoh: foto pankromatik berwarna.
d. Wahana yang
digunakan
Berdasarkan
wahana yang digunakan, ada 2 (dua) jenis citra, yakni:
Ø Foto udara, dibuat dari pesawat udara atau balon
Ø Foto satelit/orbital, dibuat dari satelit
2. Citra Non
Foto
Citra non
foto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera Citra non foto
dibedakan atas:
a. Spektrum
elektromagnetik yang digunakan
Berdasarkan
spektrum elektromagnetik yang digunakan dalam penginderaan, citra non foto
dibedakan atas:
- Citra infra merah thermal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum infra merah thermal. Penginderaan pada spektrum ini mendasarkan atas beda suhu objek dan daya pancarnya pada citra tercermin dengan beda rona atau beda warnanya.
- Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil penginderaan dengan sistim aktif yaitu dengan sumber tenaga buatan, sedang citra gelombang mikro dihasilkan dengan sistim pasif yaitu dengan menggunakan sumber tenaga alamiah.
b. Sensor yang
digunakan
Berdasarkan
sensor yang digunakan, citra non foto terdiri dari:
- Citra tunggal, yakni citra yang dibuat dengan sensor tunggal, yang salurannya lebar.
- Citra multispektral, yakni citra yang dibuat dengan sensor jamak, tetapi salurannya sempit, yang terdiri dari:
- Citra RBV (Return Beam Vidicon), sensornya berupa kamera yang hasilnya tidak dalam bentuk foto karena detektornya bukan film dan prosesnya non fotografik.
- Citra MSS (Multi Spektral Scanner), sensornya dapat menggunakan spektrum tampak maupun spektrum infra merah thermal. Citra ini dapat dibuat dari pesawat udara.
c.
Wahana yang digunakan
Berdasarkan
wahana yang digunakan, citra non foto dibagi atas:
- Citra Dirgantara (Airborne Image), yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi di udara (dirgantara). Contoh: Citra infra merah thermal, citra radar dan citra MSS. Citra dirgantara ini jarang digunakan.
- Citra Satelit (Satellite/Spaceborne Image), yaitu citra yang dibuat dari antariksa atau angkasa luar.
Citra ini dibedakan lagi
atas penggunaannya, yakni:
- Citra satelit untuk penginderaan planet. Contoh: Citra satelit Viking (AS), Citra satelit Venera (Rusia).
- Citra satelit untuk penginderaan cuaca. Contoh: NOAA (AS), Citra Meteor (Rusia).
- Citra satelit untuk penginderaan sumber daya bumi. Contoh: Citra Landsat (AS), Citra Soyuz (Rusia) dan Citra SPOT (Perancis).
- Citra satelit untuk penginderaan laut. Contoh: Citra Seasat (AS), Citra MOS (Jepang).
Pada
dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri dari 2 proses, yaitu melalui
pengenalan objek melalui proses deteksi dan penilaian atas fungsi objek.
a. Pengenalan objek melalui proses deteksi yaitu
pengamatan atas adanya suatu objek, berarti penentuan ada atau tidaknya sesuatu
pada citra atau upaya untuk mengetahui benda dan gejala di sekitar kita dengan
menggunakan alat pengindera (sensor). Untuk mendeteksi benda dan gejala di
sekitar kita, penginderaannya tidak dilakukan secara langsung atas benda,
melainkan dengan mengkaji hasil rekaman dari foto udara atau satelit.
b. Identifikasi.
Ada 3 (tiga)
ciri utama benda yang tergambar pada citra berdasarkan ciri yang terekam oleh
sensor yaitu sebagai berikut:
• Spektoral
Ciri spektoral ialah ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga
elektromagnetik dan benda yang dinyatakan dengan rona dan warna.
• Spatial
Ciri spatial ialah ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi bentuk,
ukuran, bayangan, pola, tekstur, situs, dan asosiasi.
• Temporal
Ciri temporal ialah ciri yang terkait dengan umur benda atau saat
perekaman.
G. Unsur
Interpretasi Citra
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mengamati kenampakan objek dalam foto udara, yaitu:
1. Rona dan
Warna
Rona atau
tone adalah tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek yang terdapat pada
foto udara atau pada citra lainnya. Pada foto hitam putih rona yang ada
biasanya adalah hitam, putih atau kelabu. Tingkat kecerahannya tergantung pada
keadaan cuaca saat pengambilan objek, arah datangnya sinar matahari, waktu
pengambilan gambar (pagi, siang atau sore) dan sebagainya.
Pada foto
udara berwarna, rona sangat dipengaruhi oleh spektrum gelombang elektromagnetik
yang digunakan, misalnya menggunakan spektrum ultra violet, spektrum tampak,
spektrum infra merah dan sebagainya. Perbedaan penggunaan spektrum gelombang
tersebut mengakibatkan rona yang berbeda-beda. Selain itu karakter pemantulan
objek terhadap spektrum gelombang yang digunakan juga mempengaruhi warna dan
rona pada foto udara berwarna.
2. Bentuk
Bentuk-bentuk
atau gambar yang terdapat pada foto udara merupakan konfigurasi atau kerangka
suatu objek. Bentuk merupakan ciri yang jelas, sehingga banyak objek yang dapat
dikenali hanya berdasarkan bentuknya saja. Contoh:
1)
Gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, U
atau empat persegi panjang.
2)
Gunung api, biasanya berbentuk kerucut.
3. Ukuran
Ukuran
merupakan ciri objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi lereng dan
volume. Ukuran objek pada citra berupa skala, karena itu dalam memanfaatkan
ukuran sebagai interpretasi citra, harus selalu diingat skalanya. Contoh: Lapangan olah raga sepakbola dicirikan oleh
bentuk (segi empat) dan ukuran yang tetap, yakni sekitar (80 m - 100 m).
4. Tekstur
Tekstur adalah frekwensi perubahan rona pada citra.
Ada juga yang mengatakan bahwa tekstur adalah pengulangan pada rona kelompok
objek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Tekstur dinyatakan
dengan: kasar, halus, dan sedang Misalnya: Hutan bertekstur kasar, belukar
bertekstur sedang dan semak bertekstur halus, Pabrik dapat dikenali dengan
bentuknya yang serba lurus dan ukurannya yang besar, jauh lebih besar dari
ukuran rumah mukim pada umumnya. Pabrik itu berasosiasi dengan lori yang tampak
pada foto dengan bentuk empat persegi panjang dan ronanya kelabu, mengelompok
dalam jumlah besar .
5.
Pola
Pola atau
susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak objek bentukan
manusia dan bagi beberapa objek alamiah. Contoh: Pola aliran sungai menandai
struktur geologis. Pola aliran trelis menandai struktur lipatan. Permukiman
transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu ukuran rumah dan jaraknya
seragam, dan selalu menghadap ke jalan. Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi
mudah dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur,
yaitu dari pola serta jarak tanamnya.
6.
Bayangan
Bayangan
bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah gelap. Meskipun
demikian, bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan yang penting bagi
beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi lebih jelas. Contoh: Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya
bayangan, begitu juga cerobong asap dan menara, tampak lebih jelas dengan
adanya bayangan.
Foto-foto yang
sangat condong biasanya memperlihatkan bayangan objek yang tergambar dengan
jelas, sedangkan pada foto tegak hal ini tidak terlalu mencolok, terutama jika
pengambilan gambarnya dilakukan pada tengah hari.
7.
Situs
Situs adalah
letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Misalnya permukiman pada
umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul alam atau sepanjang tepi
jalan. Juga persawahan, banyak terdapat di daerah dataran rendah, dan
sebagainya.
8.
Asosiasi
Asosiasi
adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya. Contoh: Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan
kereta api yang jumlahnya lebih dari satu (bercabang).
9. Konvergensi
Bukti
Konvergensi
bukti ialah penggunaan beberapa unsur interpretasi citra sehingga lingkupnya
menjadi semakin menyempit ke arah satu kesimpulan tertentu. Contoh: Tumbuhan dengan tajuk seperti bintang pada
citra, menunjukkan pohon palem. Bila ditambah unsur interpretasi lain, seperti
situsnya di tanah becek dan berair payau, maka tumbuhan palma tersebut adalah
sagu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penginderaan
Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah,
atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan
alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji
(Lillesand and Kiefer, 1979).
Citra adalah
gambaran rekaman suatu obyek (biasanya berupa gambaran pada foto) yang
dibuahkan dengan cara optik, elektro-optik, optik mekanik, atau elektronik dan
dipasang pada wahana.
Tujuan utama
dari penginderaan jauh adalah untuk mengumpulkan data sumber daya alam dan
lingkungan.
Komponen
Penginderaan Jauh yaitu : sumber tenaga, atmosfer, interaksi tenaga dengan
objek di permukaan bumi, sensor, sistem pengolahan data, dan dan berbagai
penggunaan data.
Penginderaan
jauh dapat dibedakan menjadu dua bentuk yaitu penginderaan jauh system pasif
yang menggunakan energi yang berasal dari obyek. Energi dapat berupa pantulan
dari sumber lain, yang dalam hal ini umumnya adalah matahari dan penginderaan
jauh system aktif yang menggunakan energi yang berasal dari sensor tersebut.
Interpretasi
citra merupakan suatu proses pengenalan objek yang berupa gambar (citra) untuk
digunakan dalam disiplin ilmu tertentu seperti Geologi, Geografi, Ekologi,
Geodesi dan disiplin ilmu lainnya.
Dalam
menginterpretasikan citra dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:
- Deteksi ialah pengenalan objek yang mempunyai karakteristik tertentu oleh sensor.
- Identifikasi ialah mencirikan objek dengan menggunakan data rujukan.
- Analisis ialah mengumpulkan keterangan lebih lanjut secara terinci.
Karakteristik
yang tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali objek disebut unsur
interpretasi citra yang meliputi : rona/ warna, ukuran, bentuk, pola, tekstur,
bayangan, situs, asosiasi, dan konvergensi bukti.
B.
Saran
Dengan keberadaan penginderan jauh atau biasa disebut dengan
indraja sangat membantu negara Indonesia dalam bidang pembangunan dan
pertahanan negara, karena dengan adanya sistem penginderaan jauh lebih
memudahkan pemerintah dalam mengelola informasi dan data yan kaurat tanpa harus
terjun langsung kelokasi. Sayangnya, sistem penginderaan jauh di Indonesia
masih dalam tahap urang dalam dari segi kelengkaan peralatan untuk menunjang
kebutuhan negara dalam bidang pembangunan maupun pertahanan. Diharapkan dengan
mengetahui fungsi indraja yang begitu hebat, bisa menjadi acuan bagi pemerintah
untuk melengkapi sarana dan prasarana indraja untuk menunjang perkembangan
negara Indonesia agar terciptanya kemakmuran dalam segala bidang.
DAFTAR PUSTAKA
http://zuamahilma.blogspot.co.id/2011/06/makalah-penginderaan-jauh.html
http://januar-nanda.blogspot.com/2016/04/makalah-penginderaan-jarak-jauh-inderaja.html
https://notemuza.blogspot.com/2019/10/makalah-geografi-tentang-penginderaan.html
https://notemuza.blogspot.com/2019/10/makalah-geografi-tentang-penginderaan.html
No comments:
Post a Comment