MAKALAH
Sejarah Indonesia
“Kerajaan/Kesultanan Mataram Islam”
“Kerajaan/Kesultanan Mataram Islam”
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK ....
1. ..........................................
2. ..........................................
3. ..........................................
4. ..........................................
5. ..........................................
6. ..........................................
7. ..........................................
SMA/SMK ............................................
TAHUN AJARAN 20....-20....
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Dengan menyebut nama Allah Subhana Wa Ta’ala yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sejarah Indonesia ini dengan sebuah pembahasan tentang “Kerajaan/Kesultanan Mataram Islam”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Serta ucapan terima kasih kepada guru pembimbing pelajaran Sejarah Indonesia Yang terhormat Ibu/Bapak ....................................., dimana atas bimbingan beliau kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta referensi pembelajaran maupun inspirasi terhadap pembaca.
Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Palembang, 2020
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kerajaan
Mataram Islam merupakan salah satu kerajaan islam terbersar yang ada ditanah
air khususnya di pulau jawa. Kerajaan Mataram adalah kerajaan Islam terbesar di
Jawa yang hingga kini masih mampu bertahan melewati masa-masa berakhirnya
kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia, walaupun dalam wujud yang berbeda
dengan terbaginya kerajaan ini menjadi empat pemerintahan swa-praja, yaitu
Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Puro Mangkunegaran dan Puro
Pakualaman.
Sebelumnya
memang ada kerajaan-kerajaan Islam di Jawa (Tengah) yang lain yang mendahului,
seperti Demak dan Pajang. Namun sejak runtuhnya dua kerajaan itu, Mataramlah
yang hingga puluhan tahun tetap eksis dan memiliki banyak kisah dan mitos yang
selalu menyertai perkembangannya. Paling tidak Mataram berkembang dengan
diringi oleh mitos perebutan kekuasaan yang panjang. Karena itu informasi
tentang kerajaan mataram islam tidak begitu sulit kita dapat karena himgga saat
ini kerajaan tersebut masih eksis di tanah Jawa walaupun dengan konteks yang
berbeda.
A. Rumusan Masalah
Dari
pemaparan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana perkembangan Kerajaaan/Kesultanan Mataram
Islam?
2. Dimana letak Kerajaan/Kesultanan Mataram Islam ?
3. Bagaimana sistem pemerintahan Kerajaan/Kesultanan
Mataram Islam?
4. Bagaimana keadaan Kerajaan/Kesultanan Mataram Islam
mulai dari aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan kebudayaan?
5. Bagaimana kejayaan Kerajaan/Kesultanan Mataram Islam?
6. Mengapa Kerajaan/Kesultanan Mataram Islam mengalami
kemunduran?
B. Tujuan
Dengan
tersusunya makalah ini penulis mempunyai tujuan, bagi siapapun pembacanya yaitu
antara lain :
1. Agar pembaca
mengetahui perkembangan Kerajaan/Kesultanan Mataram Islam.
2. Agar pembaca mengetahui letak Kerajaan/Kesultanan
Mataram Islam.
3. Agar pembaca mengetahui sistem pemerintahan
Kerajaan/Kesultanan Mataram Islam.
4. Agar pembaca mengetahui keadaan Kerajaan/Kesultanan Mataram Islam dari aspek kehidupan sosial,
ekonomi, dan kebudayaan .
5. Agar pembaca mengetahui kejayaan Kerajaan/Kesultanan
Mataram Islam.
6. Agara pembaca mengetahui Kerajaan/Kesultanan Mataram
Islam yang mengalami kemunduran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Awal Perkembangan
Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat
Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede.
Para raja yang pernah memerintah di Kerajaan Mataram yaitu : Penembahan
Senopati (1584-1601), Panembahan Seda Krapyak (1601-1677). Dalam sejarah Islam, Kesultanan mataram
memiliki peran yang cukup penting dalam perjalanan secara kerajaan-kerajaan
islam di Nusantara (Indonesia). Hal ini terlihat dari semangat raja-raja untuk
memperluas daerah kekuasaan dan mengislamkan para penduduk daerah kekuasaannya,
keterlibatan para pemuka agama, hingga pengembangan kebudayaan yang bercorak
islam di Jawa.
Pada awalnya daerah mataram dikuasai kesultanan pajang
sebagai balas jasa atas perjuangan dalam mengalahkan Arya Penangsang. Sultan
Hadiwijaya menghadiahkan daerah mataram kepada Ki Ageng Pemanahan. Selanjutnya,
oleh Ki Ageng Pemanahan Mataram dibangun sebagai tempat permukiman baru dan
persawahan. Akan tetapi, kehadirannya di
daerah ini dan usaha pembangunannya mendapat berbagai jenis tanggapan dari para
penguasa setempat. Misalnya, Ki Ageng Giring yang berasal dari wangsa Kajoran
secara terang-terangan menentang kehadirannya. Begitu pula ki Ageng tembayat
dan Ki Ageng Mangir. Namun masih ada yang menerima kehadirannya, misalnya ki
Ageng Karanglo. Meskipun demikian, tanggapan dan sambutan yang beraneka itu
tidak mengubah pendirian Ki Ageng Pemanahan untuk melanjutkan pembangunan
daerah itu. ia membangun pusat kekuatan di plered dan menyiapkan strategi untuk
menundukkan para penguasa yang menentang kehadirannya.
Pada tahun 1575, Pemahanan meninggal dunia. Ia
digantikan oleh putranya, Danang Sutawijaya atau Pangeran Ngabehi Loring Pasar.
Di samping bertekad melanjutkan mimpi ayahandanya, ia pun bercita-cita
membebaskan diri dari kekuasaan pajang. Sehingga, hubungan antara mataram
dengan pajang pun memburuk.Hubungan yang tegang antara sutawijaya dan
kesultanan Pajang akhirnya menimbulkan peperangan. Dalam peperangan ini,
kesultanan pajang mengalami kekalahan. Setelah penguasa pajak yakni hadiwijaya
meninggal dunia (1587), Sutawijaya mengangkat dirinya menjadi raja Mataram
dengan gelar penembahan Senopati Ing Alaga. Ia mulai membangun kerajaannya dan
memindahkan senopati pusat pemerintahan ke Kotagede. Untuk memperluas daerah
kekuasaanya, penembahan senopati melancarkan serangan-serangan ke daerah
sekitar. Misalnya dengan menaklukkan Ki Ageng Mangir dan Ki Ageng Giring.
B.
Daerah kekuasaan
Kerajaan Mataram Islam
Pada tahun 1590, penembahan senopati atau biasa
disebut dengan senopati menguasai madiun, yang waktu itu bersekutu dengan
surabaya. Pada tahun 1591 ia mengalahkan kediri dan jipang, lalu melanjutkannya
dengan penaklukkan Pasuruan dan Tuban pada tahun 1598-1599. Sebagai raja islam yang baru, panembahan
senopati melaksanakan penaklukkan-penaklukan itu untuk mewujudkan gagasannya
bahwa mataram harus menjadi pusat budaya dan agama islam, untuk menggantikan
atau melanjutkan kesultanan demak.
Disebutkan pula dalam cerita babad bahwa cita-cita itu
berasal dari wangsit yang diterimanya dari Lipura (desa yang terletak di
sebelah barat daya Yogyakarta). Wangsit datang setelah mimpi dan pertemuan
senopati dengan penguasa laut selatan, Nyi Roro Kidul, ketika ia bersemedi di
Parangtritis dan Gua Langse di Selatan Yogyakarta. Dari pertemuan itu
disebutkan bahwa kelak ia akan menguasai seluruh tanah Jawa.
C.
Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan yang dianut Kerajaan mataram islam
adalah sistem Dewa-Raja. Artinya pusat kekuasaan tertinggi dan mutlak adaa pada
diri sultan. Seorang sultan atau raja sering digambarkan memiliki sifat
keramat, yang kebijaksanaannya terpacar dari kejernihan air muka dan
kewibawannya yang tiada tara. Raja menampakkan diri pada rakyat sekali seminggu
di alun-alun istana.
Selain sultan, pejabat penting lainnya adalah kaum
priayi yang merupakan penghubung antara raja dan rakyat. Selain itu ada pula
panglima perang yang bergelar Kusumadayu, serta perwira rendahan atau
Yudanegara. Pejabat lainnya adalah Sasranegara, pejabat administrasi.
Dengan sistem pemerintahan seperti itu, Panembahan
senopati terus-menerus memperkuat pengaruh mataram dalam berbagai bidang sampai
ia meninggal pada tahun 1601. ia digantikan oleh putranya, Mas Jolang atau
Penembahan Sedaing Krapyak (1601 – 1613). Peran mas Jolang tidak banyak yang
menarik untuk dicatat. Setelah mas jolang meninggal, ia digantikan oleh Mas
Rangsang (1613 – 1645). Pada masa pemerintahannyalah Mataram mearik kejayaan.
Baik dalam bidang perluasan daerah kekuasaan, maupun agama dan kebudayaan.
Pangeran Jatmiko atau Mas Rangsang Menjadi raja
mataram ketiga. Ia mendapat nama gelar Agung Hanyakrakusuma selama masa
kekuasaan, Agung Hanyakrakusuma berhasil membawa Mataram ke puncak kejayaan
dengan pusat pemerintahan di Yogyakarta. Gelar “sultan” yang disandang oleh
Sultan Agung menunjukkan bahwa ia mempunyai kelebihan dari raja-raja
sebelumnya, yaitu panembahan Senopati dan Panembahan Seda Ing Krapyak. Ia
dinobatkan sebagai raja pada tahun 1613 pada umur sekitar 20 tahun, dengan
gelar “Panembahan”. Pada tahun 1624, gelar “Panembahan” diganti menjadi “Susuhunan”
atau “Sunan”. Pada tahun 1641, Agung Hanyakrakusuma menerima pengakuan dari
Mekah sebagai sultan, kemudian mengambil gelar selengkapnya Sultan Agung
Hanyakrakusuma Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman.
Karena cita-cita Sultan Agung untuk memerintah seluruh
pulau jawa, kerajaan Mataram pun terlibat dalam perang yang berkepanjangan baik
dengan penguasa-penguasa daerah, maupun dengan kompeni VOC yang mengincar pulau
Jawa. Pada tahun 1614, sultan agung mempersatukan
kediri, pasuruan, lumajang, dan malang. Pada tahun 1615, kekuatan tentara
mataram lebih difokuskan ke daerah wirasaba, tempat yang sangat strategis untuk
menghadapi jawa timur. Daerah ini pun berhasil ditaklukkan. pada tahun 1616,
terjadi pertempuran antara tentara mataram dan tentara surabaya, pasuruan,
Tuban, Jepara, wirasaba, Arosbaya dan Sumenep. Peperangan ini dapat dimenangi
oleh tentara mataram, dan merupakan kunci kemenangan untuk masa selanjutnya.
Di tahun yang sama Lasem menyerah. Tahun 1619, tuban
dan Pasuruan dapat dipersatukan. Selanjutnya mataram berhadapan langsung dengan
Surabaya. Untuk menghadapi surabaya, mataram melakukan strategi mengepung,
yaitu lebih dahulu menggempur daerah-daerah pedalaman seperti Sukadana (1622)
dan Madura (1624). Akhirnya, Surabaya dapat dikuasai pada tahun 1625. Dengan penaklukan-penaklukan tersebut, Mataram
menjadi kerajaan yang sangat kuat secara militer. Pada tahun, 1627, seluruh
pulau jawa kecuali kesultanan Banten dan wilayah kekuasaan kompeni VOC di
Batavia ttelah berhasil dipersatukan di bawah mataram. Sukses besar tersebut
menumbuhkan kepercayaan diri sultan agung untuk menantang kompeni yang masih
bercongkol di Batavia. Maka, pada tahun 1628, Mataram mempersiapkan pasukan di
bawah pimpinan Tumenggung Baureksa dan Tumenggung Sura Agul-agul, untuk mengempung
Batavia.
Sayang sekali, karena kuatnya pertahanan Belanda,
serangan ini gagal, bahkan tumenggung Baureksa gugur. Kegagalan tersebut
menyebabkan matara bersemangat menyusun kekuatan yang lebih terlatih, dengan
persiapan yang lebih matang. Maka pada pada 1629, pasukan Sultan Agung kembali
menyerbu Batavia. Kali ini, ki ageng Juminah, Ki Ageng Purbaya, ki Ageng Puger
adalah para pimpinannya. Penyerbuan dilancarkan terhadap benteng Hollandia,
Bommel, dan weesp. Akan tetapi serangan ini kembali dapat dipatahkan, hingga
menyebabkan pasukan mataram ditarik mundur pada tahun itu juga. Selanjutnya,
serangan mataram diarahkan ke blambangan yang dapat diintegrasikan pada tahun
1639.
Bagi Sultan Agung, Kerajaan Mataram adalah kerajaan
islam yang mengemban amanat Tuhan di tanah Jawa. Oleh sebab itu, struktur serta
jabatan kepenghuluan dibangun dalam sistem kekuasaan kerajaan. Tradisi
kekuasaan seperti sholat jumat di masjid, grebeg ramadan, dan upaya
pengamanalan syariat islam merupakan bagian tak terpisahkan dari tatanan
istana. Sultan agung juga berprediksi sebagai
pujangga. Karyanya yang terkenal yaitu kitab Serat Sastra Gendhing. Adapun
kitab serat Nitipraja digubahnya pada tahun 1641 M. Serat sastra Gendhing
berisi tetang budi pekerti luhur dan keselarasan lahir batin. Serat Nitipraja
berisi tata aturan moral, agar tatanan masyarakat dan negara dapat menjadi
harmonis. Selain menulis, Sultan Agung juga memerintahkan para pujangga kraton
untuk menulis sejarah babad tanah Jawi.
Di antara semua karyanya , peran sultan agung yang
lebih membawa pengaruh luas adalah dalam penanggalan. Sultan agung memadukan
tradisi pesantren islam dengan tradisi kejawen dalam perhitungan tahun.
Masyarakat pesantren biasa menggunakan tahun hijriah, masyarakat kejawen
menggunakan tahun Caka atau saka. Pada tahun 1633, Sultan Agung berhasil
menyusun dan mengumumkan berlakunya sistem perhitungan tahun yang baru bagi
seluruh mataram. Perhitungan itu hampir seluruhnya disesuaikan dengan tahun
hijriah, berdasarkan perhitungan bulan. Namun, awal perhitungan tahun jawa ini
tetap sama dengan tahun saka, yaitu 78 m. Kesatuan perhitungan tahun sangat
penting bagi penulisan serat babad. Perubahan perhitungan itu merupakan
sumbangan yang sangat penting bagi perkembangan proses pengislaman tradisi dan
kebudayaan jawa yang sudah terjadi sejak berdirinya kerajaan demak. Hingga saat
ini, sistem penanggalan ala sultan Agung ini masih banyak digunakan.
Sejak masa sebelum sultan Agung pembangunan
non-militer memang telah dilakukan. Satu yang layak disebut, panembahan
Senopati menyempurnakan bentuk wayang dengan tatanan gempuran. Setelah zaman
senopati, mas jolang juga berjasa dalam kebudayaan, dengan berusaha menyusun
sejarah negeri demak, serta menulis beberapa kitap suluk. Misalnya Sulu Wujil
(1607 M) yang berisi wejangan Sunan bonang kepada abdi raja majapahit yang
bernama Wujil. Pangeran Karanggayam juga menggubah Serat Nitisruti (1612 m)
pada masa mas jolang.
Menjelang akhir hayatnya. Sultan Agung menerapkan
peraturan yang bertujuan mencegah perebutan tahta, antara keluarga raja dan
putra mahkota. Di bawah kepemimpinan Sultan Agung, Mataram tidak hanya menjadi
pusat kekuasaan, tapi juga menjadi pusat penyebaran islam.
D.
Aspek Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata
dengan baik berdasarkan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu
saja. Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang
keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan surantana yang bertugas memimpin
upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan,dalam istana terdapat jabatan
jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana. Untuk menciptakan ketertiban
di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang dinamakan anger-anger yang harus
dipatuhi oleh seluruh penduduk
E.
Aspek Kehidupan
Ekonomi dan Kebudayaan
Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak
dan Pajang. Kerajaan ini menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor
agraris. Hal ini karena letaknya yang berada di pedalaman. Akan tetapi, Mataram
juga memiliki daerah kekuasan di daerah pesisir utara Jawa yang mayoritas
sebagai pelaut. Daerah pesisir inilah yang berperan penting bagi arus
perdagangan Kerajaan Mataram.
Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan
Mataram berupa seni tari, pahat, suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan yang
berkembang adalah Upacara Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayaan
Hindu-Budha dengan Islam. Di samping itu, perkembangan di bidang kesusastraan
memunculkan karya sastra yang cukup terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang
merupakan perpaduan dari hukum Islam dengan adat istiadat Jawa yang disebut
Hukum Surya Alam.E.
F.
Puncak Kejayaan
Mataram Islam
Mataram Islam mencapai puncak kejayaannya pada jaman
Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1646). Daerah kekuasaannya mencakup Pulau
Jawa (kecuali Banten dan Batavia), Pulau Madura, dan daerah Sukadana di
Kalimantan Barat. Pada waktu itu, Batavia dikuasai VOC (Vereenigde Oost
Indische Compagnie ) Belanda.Kekuatan militer Mataram sangat besar. Sultan
Agung yang sangat anti kolonialisme itumenyerang VOC di Batavia sebanyak dua
kali (1628 dan 1629). Menurut Moejanto sepertiyang dikutip oleh Purwadi (2007),
Sultan Agung memakai konsep politik keagungbinataran yang berarti bahwa
kerajaan Mataram harus berupa ketunggalan, utuh, bulat, tidak tersaingi,dan
tidak terbagi-bagi.
G.
Kemunduran Mataram
Islam
Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan
Agung merebut Batavia dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan
itu, kehidupan ekonomi rakyat tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan
untuk berperang.
H.
Runtuhnya Kerajaan Mataram Islam
Pada tahun 1647 Amangkurat I memindahkan lokasi
keraton ke Plered, tidak jauh dari Karta. Pada saat itu, ia tidak lagi memakai
gelar sultan, melainkan 'sunan' (berasal dari kata 'Susuhunan' atau 'Yang
Dipertuan'). Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil karena banyak yang tidak
puas dan pemberontakan. Pernah terjadi pemberontakan besar yang dipimpin oleh
Trunajaya dan memaksa Amangkurat untuk berkomplot dengan VOC. Pada tahun 1677
Amangkurat I meninggal di Tegalarum ketika mengungsi sehingga ia dijuluki Sunan
Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat II (Amangkurat Amral), sangat tunduk pada
VOC sehingga kalangan istana banyak yang tidak suka dan pemberontakan terus
terjadi. Pada tahun 1680 kraton dipindahkan lagi ke Kartasura. karena kraton
yang lama dianggap telah tercemar.
Pengganti Amangkurat II berturut-turut adalah
Amangkurat III (tahun 1703-1708), Pakubuwana I (tahun 1704-1719), Amangkurat IV
(tahun 1719-1726), Pakubuwana II (tahun 1726-1749). VOC tidak menyukai
Amangkurat III karena ia tidak patuh(tunduk) kepada VOC sehingga VOC menobatkan
Pakubuwana I sebagai raja. Akibatnya Mataram memiliki dua orang raja dan hal tersebut
menyebabkan perpecahan internal di Kerajaan. Amangkurat III kemudian
memberontak dan menjadikan ia sebagai "king in exile" hingga akhirnya
tertangkap di Batavia dan dibuang ke Ceylon. Kekacauan politik ini baru
terselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah pembagian wilayah Mataram
menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Ngayogyakarta (Pada 13
Februari 1755). Pembagian wilayah ini tertuang dalam Perjanjian Giyanti.
Berakhirlah era Mataram sebagai satu kesatuan politik dan wilayah. Walaupun
demikian sebagian masyarakat Jawa beranggapan bahwa Kasunanan Surakarta
dan Kesultanan Yogyakarta merupakan 'ahli waris' dari Mataram.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah
berdiri pada abad ke-17. Kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng
Sela dan Ki Ageng Pemanahan, yang mengklaim sebagai suatu cabang ningrat
keturunan penguasa Majapahit. Asal-usulnya adalah suatu Kadipaten di bawah
Kesultanan Pajang, berpusat di "Bumi Mentaok" yang diberikan kepada
Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasanya. Raja berdaulat pertama adalah
Sutawijaya (Panembahan Senapati), putra dari Ki Ageng Pemanahan.
Kerajaan
Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya,
termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah
semakin berkuasanya firma dagang itu, namun ironisnya malah harus menerima
bantuan VOC pada masa-masa akhir menjelang keruntuhannya.
Mataram
merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian dan relatif lemah secara maritim.
Ia meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat hingga kini, seperti
kampung Matraman di Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Pantura Jawa Barat,
penggunaan hanacaraka dalam literatur bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan,
serta beberapa batas administrasi wilayah yang masih berlaku hingga sekarang.
A. Saran
Dengan keberadaan
kerajaan-kerajaan yang terlahir di Indonesia, kita harus bisa mengapresiasi
peninggalan-peninggalan yang menjadi sumber ilmu pendidikan dari generasi ke
generasi. Upaya pengapresiasian itu sendiri dapat dengan melestarikannya,
memeliharanya, dan tidak merusaknya. Jika kita dapat berpartisipasi dalam upaya
tersebut, berarti kita mengangkat derajat dan jati diri bangsa. Dengan begitu
kita dapat menanamkan rasa nasionalisme terhadap negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
·
http://afghanaus.com/kerajaan-mataram-islam/
·
http://ridwanaz.com/islami/sejarah-islam/sejarah-agama-islam-di-indonesia-kerajaan-mataram/
·
http://kusumanugraha.blogspot.com/2011/05/kerajaan-mataram-islam-belum-pudar.html
·
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Mataram
·
https://notemuza.blogspot.com/2020/04/makalah-sejarah-indonesia-tentang_24.html
No comments:
Post a Comment