MAKALAH
Pengantar Energi
“Coal Upgrading/Upgrading Batubara”
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Nama :
..................................
NIM :
..................................
Dosen Pembimbing : ..................................
UNIVERSITAS / SEKOLAH TINGGI ILMU ......................
JURUSAN ......................
FAKULTAS ....................................
TAHUN AJARAN 20.... - 20....
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatu
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Pengantar Energi ini dengan sebuah pembahasan tentang “Upgrading Batubara”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Serta ucapan terima kasih kepada
dosen pembimbing mata kuliah Pengantar. dimana atas bimbingan
beliau kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta
referensi pembelajaran maupun inpirasi terhadap pembaca.
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatu
Palembang,
.......................... 20....
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian
Upgrading Batubara (Coal Upgrading)
2.2 Manfaat Upgrading Batubara
2.3 Proses Upgrading
Brown Coal
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definisi
Batubara dan Upgraded Brown Coal (UBC)
3.2 Proses
UBC (Upgrading Brown Coal)
3.3 Pilot
Plant UBC (Upgrading Brown Coal) Palimanan
3.4 Peralatan
Utama
3.5 Peralatan
Pendukung
3.6 Hasil
Percobaan
3.7 Keekonomian
3.8 Program
UBC Di Indonesia
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1 : Bagan Air Proses UBC
Gambar
2 : Permukaan Batubara Sebelum dan
Sesudah Proses Pengeringan
DAFTAR TABEL
Tabel 1 :
Analisi Batubara Sebelum dan Sesudah Proses UBC
Tabel 2 :
Hasil Pengujian Brikat UBC
Tabel 3 :
Keekonomian UBC
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Cadangan batubara Indonesia
diperkirakan mencapai 104,8 milyar ton (Sumber Daya
Geologi, 2007), hanya
sedikit batubara tersebut
yang memiliki peringkat
antrasit dan bituminus yaitu masing-masing 0,3% dan 14,3%. Sebagian besar
batubara tersebut termasuk kedalam peringkat sub-bituminus dan lignit
masing-masing 26,7% dan 58,7%. Batubara antrasit dan bituminus
dikelompokkan sebagai batubara peringkat tinggi, sedangkan sub-bituminus
dan lignit termasuk kedalam batubara peringkat rendah.
Cadangan batubara peringkat rendah saat ini belum
diminati karena sulit dipasarkan, khususnya untuk ekspor hanya diperuntukkan
bagi batubara peringkat tinggi (bituminus). Salah satu
sifat
yang
tidak
menguntungkan
dari
batubara peringkat
rendah adalah tingginya kadar air total (air bawaan dan air bebas) yang
mencapai 40%. Tingginya
kadar air akan
menimbulkan masalah dalam proses pemanfaatannya, terutama jika
digunakan sebagai bahan
bakar langsung. Pada proses pembakaran,
air bawaan akan
mengurangi nilai kalor
batubara sehingga jumlah
batubara yang diperlukan akan lebih besar. Kemudian gas CO2
yang ditimbulkannya akan lebih besar pula. Gas CO2 yang tinggi akan mempunyai dampak negatif
terhadap lingkungan dengan timbulnya efek rumah kaca yang dapat menyebabkan pemanasan global.
Selain itu, batubara peringkat rendah mempunyai kecenderungan untuk terjadinya
pembakaran spontan ( spontaneous combustion).
Beberapa teknologi pengeringan batubara
untuk
menurunkan
kadar
air batubara telah diperkenalkan sejak tahun
1920-an (Suwono, 2000). Alasan utama proses
ini adalah untuk mengurangi ongkos yang berkaitan dengan pengangkutan,
menanggulangi masalah penanganan
dan meningkatkan efisiensi
pembakaran batubara. Secara garis besar, proses pengeringan
dibagi dalam 3 bagian, yaitu evaporasi, pengeringan dengan air panas
atau
dengan
uap
(tanpa
penguapan, dengan tekanan) dan non termal
atau pirolisis (Baker
et al, 1986). Dalam proses evaporasi, batubara dipanaskan baik secara langsung maupun tidak langsung
(dengan menggunakan uap panas) sebelum atau selama proses penggilingan. Dengan
cara ini, air bawaan mempunyai kecenderungan untuk kembali terserap oleh
batubara. Metode ini dapat diterapkan jika batubara tersebut akan segera digunakan.
Proses evaporasi dengan perlakuan minyak (residu) paska proses, akan membantu kestabilan kadar air bawaan karena residu
akan melapisi permukaan batubara sehingga menutup pori-pori batubara
tersebut (Syamsudin, 1996).
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan upgrading batubara?
2.
Bagaimanakah manfaat dari upgrading batubara ?
3.
Apa yang dimaksud dengan upgrading brown coal?
4.
Bagaimana proses upgrading brown coal?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui apa itu upgrading batubara.
2.
Mengetahui bagaimana
manfaat upgrading batubara.
3.
Mengetahui apa upgrading brown coal.
4.
Mengetahui proses upgrading brown coal.
1.4
Manfaat
1.
Bagi penulis
Menambah wawasan dan informasi
yang berkaitan dengan upgrading batubaraa.
2.
Bagi almamater
Menambah wawasan dan sebagai
bahan referensi dalam pembuatan makalah yang selanjutnya.
BAB II
DASAR
TEORI
2.1
Pengertian
Upgrading Batubara (Coal Upgrading)
Upgrading
batubara (coal upgrading): suatu proses untuk meningkatkan kualitas batubara
peringkat rendah (lignit dan atau sub-bituminus) dan menghasilkan batubara yang
setara dengan batubara bituminus (air rendah dan nilai kalor tinggi).
2.2
Manfaat Upgrading Batubara
·
Meningkatkan
nilai tambah
·
Meningkatkan
efisiensi pembakaran
· Kestabilan
kualitas batubara untuk industri yang telah adaKestabilan kualitas batubara
untuk industri yang telah ada
·
Mengurangi biaya
transportasi
·
Mengurangi emisi:
CO2, SOX NOX & partikulat
·
Menjaga
terjadinya degradasi (fines/dust)
2.3
Proses
Upgrading Brown Coal
UBC (Upgrading Brown Coal) merupakan proses peningkatan nilai kalori batubara kalori rendah
melalui penurunan kadar air lembab dalam batubara. Air yang terkandung dalam batubara terdiri dari air bebas (free moisture) dan air lembab (inherent moisture). Air bebas adalah air yang terikat secara mekanik dengan batubara pada permukaan dalam
rekahan atau kapiler yang mempunyai tekanan uap normal. Adapun air lembab
adalah air terikat secara fisik
pada struktur pori-pori bagian dalam batubara dan
mempunyai tekanan uap yang lebih rendah dari pada tekanan normal.
Dalam
proses UBC, batubara digerus sampai
berukuran < 3 mm kemudian dibuat slurry dengan menggunakan minyak tanah yang
dicampur dengan minyak residu kemudian dipanaskan pada
temperatur 150°c dan tekanan sekitar 3,5 atm (higehisa, et.al 2000).
Batubara hasil proses dipisahkan, dikeringkan dan dibuat briket, sedangkan
campuran minyak tanah dan residu digunakan kembali untuk proses selanjutnya.
Penambahan minyak residu diperlukan untuk menutup pori-pori batubara yang terbuka
sehingga air yang telah keluar tidak akan terserap kembali.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
Definisi
Batubara dan Upgraded Brown Coal (UBC)
Batubara merupakan energi yang cukup andal
untuk menambah pasokan bahan bakar minyak mengingat cadangannya yang cukup
besar. Dalam perkembangannya, batubara diharapkan dapat menjadi jembatan dari
energi konvensional (terutama minyak) ke energi non-konvensional yang lebih
bersih dan dapat diperbarui. Namun kualitas batubara Indonesia yang pada
umumnya didominasi oleh batubara peringkat rendah (lignit), yaitu sekitar 70%
dari total sumber daya, belum banyak dieksploitasi karena masih mengalami
kendala dalam transportasi dan pemanfaatan. Batubara peringkat rendah ini
mempunyai kandungan air total cukup tinggi sehingga nilai kalor menjadi rendah.
Dengan demikian diperlukan teknologi khusus untuk memanfaatkan batubara
peringkat rendah tersebut agar dapat bersaing dengan batubara peringkat tinggi
yang cadangannya sudah mulai menipis.
Bertolak dari kondisi di atas, timbul
pemikiran bagaimana menanggulangi tingginya kadar air dalam batubara. Apakah
air lembab dalam batubara dapat di kurangi dengan hanya memanaskan batubara
tersebut sehingga airnya keluar berupa uap, atau apakah pengurangan kadar air
dengan cara ini bersifat permanen, artinya akan tetap stabil setelah disimpan
sekian lama.
Beberapa penelitian untuk mengurangi kadar
air telah dilakukan sejak tahun 1920-an di Amerika Serikat, Australia, Jepang,
dan lain-lain (Suwono, 2000). Salah satu di antaranya adalah teknologi Upgraded Brown Coal (UBC) yang merupakan
teknologi peningkatan kualitas (upgrading) batubara peringkat rendah melalui
penurunan kadar air total yang dikembangkan oleh Kobe Steel Ltd., Jepang.
Keuntungan teknologi ini antara lain karena proses berlangsung pada temperatur
dan tekanan rendah. Untuk mencegah masuknya kembali air ke dalam batubara, maka
dalam proses ditambahkan minyak residu untuk melapisi pori-pori pada partikel
batubara.
Berdasarkan penelitian proses UBC skala
labratorium di Puslitbang tekMIRA (Datin, 2002) dan skala bench di Kobe Steel
Ltd., Kakogawa, Jepang, (Shigehisa, 2000), beberapa batubara peringkat rendah
yang berasal dari Indonesia dapat ditingkatkan kualitasnya. Dalam proses UBC,
batubara dibuat slurry dengan menggunakan minyak tanah yang dicampur dengan
minyak residu, kemudian dipanaskan pada temperatur 150˚C dan tekanan sekitar
3,5 atm (Deguchi,1999). Batubara hasil proses dipisahkan, dikeringkan, dan
dibuat briket. Campuran minyak tanah dan residu dapat digunakan kembali untuk
proses selanjutnya. Penambahan minyak residu diperlukan untuk menutup pori-pori
batubara yang terbuka sehingga air yang telah keluar tidak akan terserap
kembali.
3.2
Proses
UBC (Upgrading Brown Coal)
Air yang terkandung dalam batubara terdiri
atas air bebas (free moisture) dan air bawaan (inherent moisture). Air bebas
adalah air yang terikat secara mekanik dengan batubara pada permukaan dalam
rekahan atau kapiler yang mempunyai tekanan uap normal. Sedangkan air bawaan
adalah air yang terikat secara fisik pada struktur pori-pori bagian dalam
batubara dan mempunyai tekanan uap yang lebih rendah daripada tekanan normal.
Kandungan air dalam batubara, baik air bebas maupun air bawaan, merupakan
faktor yang merugikan karena memberikan pengaruh yang negatip terhadap proses
pembakarannya.
Penurunannya kadar air dalam batubara dapat
dilakukan dengan cara mekanik atau perlakuan panas. Pengeringan cara mekanik
efektif untuk untuk mengurangi kadar air bebas dalam batubara basah, sedangkan
penurunan kadar air bawaan harus dilakukan dengan cara pemanasan. Salah satu
proses dengan cara ini adalah UBC (Upgraded brown coal) yang diperkenalkan oleh
Kobe Steel Ltd., Jepang. Bagan air proses UBC (Kobelco, Ltd., 2000) dapat
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Bagan Air Proses UBC
Proses UBC dilakukan pada temperatur sekitar
150˚C sehingga pengeluaran tar dari batubara belum sempurna. Untuk itu perlu
ditambahkan zat aditif sebagai penutup permukaan batubara, seperti kanji, tetes
tebu (mollase), slope pekat (fuse oil), dan minyak residu. Untuk proses UBC,
sebagai aditif digunakan minyak residu yang merupakan senyawa organik yang
beberapa sifat kimianya mempunyai kesamaan dengan batubara. Dengan kesamaan
sifat kimia tersebut, minyak residu yang masuk ke dalam pori-pori batubara akan
kering, kemudian bersatu dengan batubara.
Lapisan minyak ini cukup kuat dan dapat
menempel pada waktu yang cukup lama sehingga batubara dapat disimpan di tempat
yang terbuka untuk jangka waktu yang cukup lama (Couch, 1990). Gambar 2
menunjukan sifat permukaan batubara sebelum dan sesudah proses pengeringan.
Gambar 2.Permukaan Batubara Sebelum dan Sesudah Proses Pengeringan
Proses UBC dilakukan pada temperatur sekitar
150˚C sehingga pengeluaran tar dari batubara belum sempurna. Untuk itu perlu
ditambahkan zat aditif sebagai penutup permukaan batubara, sperti kanji, tetes
tebu (mollase), slope pekat (fuse oil), dan minyak residu. Untuk proses UBC, sebagai aditif digunakan minyak residu yang
merupakan senyawa organik yang beberapa sifat kimianya mempunyai kesamaan
dengan batubara. Dengan kesamaan sifat kimia tersebut, minyak residu yang masuk
ke dalam pori-pori batubara akan kering, kemudian bersatu dengan batubara.
Lapisan minyak ini cukup kuat dan dapat menempel pada waktu yang cukup lama
sehingga batubara dapat disimpan di tempat terbuka untuk jangka waktu yang
cukup lama (Couch, 1990). Gambar 2 menunjukkan sifat permukaan batubara sebelum
dan sesudah proses pengeringan.
3.3
Pilot
Plant UBC (Upgrading Brown Coal) Palimanan
Berdasarkan MoU antara pemerintah Indonesia
melalui Badan Litbang Energi dan Sumber Daya Mineral dengan JCOAL, Jepang yang
ditandatangani pada tanggal 19 Juli 2001, telah dibangun pilot plant proses UBC
di palimanan, Cirebon, dengan kapasitas 5 ton/hari. Fungsi pilot plant UBC ini
adalah sebagai :
a.
Sarana Penelitian,
b.
Sarana pengujian batubara untuk perancangan pabrik
skala yang lebih besar, dan
c.
Sarana pelatihan bagi operator baru untuk skala
komersial.
Pilot plant UBC terdiri atas peralatan utama
dan peralatan pendukung. Peralatan utama terbagi dalam lima seksi (section)
utama, yaitu seksi 100 (coal preparation), seksi 200 (slurry dewatering), seksi
300 (coal-oil separation), seksi 400 (oil recovery) dan seksi 500 (briqueting).
Sedangkan peralatan pendukung adalah utility dan sistem kontrol.
3.4
Peralatan
Utama
1.
Seksi 100 ; penyiapan batubara (coal preparation)
Seksi 100 mempunyai fungsi menggerus batubara ke dalam ukuran
yang diinginkan, penyimpanan batubara halus, dan penyediaan batubara halus
untuk seksi 200. Batubara curah sebagai raw material digerus dengan menggunakan
hammer mill melalui belt conveyor. Batubara halus hasil penggerusan berukuran
lebih kecil dari 3 mm ditransfer ke coal bunker (Y101) dengan menggunakan
sistem pneumatik conveyor. Coal bunker berfungsi sebagai penyimpanan sementara
dan siap untuk mensuplai batubara ke seksi 200. Selanjutnya batubara halus dari
coal bunker ditransfer ke seksi 200 (V202) dengan menggunakan sistem pneumatik
conveyor melalui weight hopper (Y102) untuk diketahui beratnya terlebih dahulu.
2.
Seksi 200 ; penghilangan air (slurry dewatering)
Seksi 200 mempunyai fungsi membuat slurry, penghilangan
kandungan air dalam batubara, dan penyediaan slurry batubara yang hilang
sebagian airnya untuk seksi 300. Batubaa halus didalam V202 dicampur dengan
campuran minyak tanah dan residu yang disuplai dari V201 untuk menghasilkan
slurry batubara. Kemudian over flow slurry di dalam V202 ditransfer ke V203
melalui evaporator (E201) untuk dihilangkan kandungan airnya. Selanjutnya over
flow slurry yang telah dihilangkan airnya di dalam V203 ditransferkan ke V204,
yang berfungsi sebagai penyimpanan sementara dan siap untuk mensuplai seksi
300. Air dan sebagian minyak tanah yang teruapkan dari V203 dan sebagian kecil
dari V204 akan dikondensasikan dan ditampung dalam V205 untuk dipisahkan antara
minyak tanah dam air berdasarkan perbedaan berat jenisnya.
3.
Seksi 300; pemisahan batubara – minyak (coal – oil
separation)
Seksi 300 mempunyai fungsi memisahkan minyak dari slurry
batubara dengan menggunakan alat screw decanter. Alat ini akan memproses minyak
hasil pemisahan apabila diperlukan dan penyediaan cake batubara untuk seksi
400. Slurry yang telah hilang airnya dari V204 ditransfer ke decanter (Z301)
untuk memisahkan minyak tanah dari slurry dengan metode sentrifugal. Slurry
yang telah dipisahkan minyak tanahnya akan berbentuk cake dan ditransfer ke
seksi 400. Minyak tanah hasil proses pemisahan Z301 akan ditransfer ke V301,
sebagai penyimpanan sementara. Minyak tanah di dalam V301, apabila kandungan
batubaranya tinggi, sebelum ditransfer ke V201 akan diproses terlebih dahulu di
dalam V302 untuk dipisahkan batubaranya. Namun jika kandungan batubaranya
rendah, maka dapat langsung ditransfer ke V201.
4.
Seksi 400 ; rekoveri minyak (oil recovery)
Seksi 400 mempunyai fungsi mendapatkan batubara halus yang
telah meningkat kualitasnya melalui proses recovery minyak di dalam cake
batubara yang disediakan dari seksi 300 dengan menggunakan alat rotating steam
tube dryer (D401). Cake dari seksi 300 disimpan didalam Y401, sebagai
penyimpanan sementara. Prinsip kerja alat rotating steam tube dryer adalah
batubara yang lewat dipanaskan dengan menggunakan steam yang dibantu dengan
sirkulasi gas untuk membawa uap minyak yang dihasilkan. Cake dari dari Y401
ditransferkan ke rotating steam tube dryer (D401) melalui screw conveyor untuk
menghilangkan minyak tanah yang masih terkandung di dalam cake. Cake yang
keluar dari D401 akan berubah menjadi serbuk UBC dan ditransferkan ke dalam
seksi 500 (Y501) melalui screw dan bucket conveyor.
5.
Seksi 500 ; pembuatan briket (briquetting)
Seksi 500 mempunyai fungsi membuat briket dengan menggunakan
double roll briquetting machine (Z501). Serbuk UBC yang disimpan di dalam Y501
ditransfer ke dalam mesin briket (Z501) untuk dibriket melalui screw dan bucket
conveyor . Briket yang dihasilkan dari Z501 disortir terlebih dahulu dengan
menggunakan Z502. Briket yang disortir oleh Z502 dikirim kembali ke dalam Z501
untuk dibuat briket melalui return screw dan bucket conveyor .
3.5
Peralatan
Pendukung
1.
Utility
Utility
berfungsi untuk mendukung proes UBC, terdiri atas bioler (steam), nitrogen
generator (N2), cooling water supply (CWS), instrument air (IA), dan generator
set.
2.
Sistem kontrol pusat
Sistem
kontrol mempunyai fungsi untuk mengontrol kegiatan pada pilot plant, baik dalam
proses maupun utulity. Sistem control ini mencakup distribusi arus listrik,
instrumentasi, dan sistem data.
3.6
Hasil
Percobaan
Dari beberapa percobaan yang telah dilakukan
terhadap batubara peringkat rendah Indonesia diperoleh hasil sebagaimana
tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis batubara sebelum dan setelah proses UBC
Batubara hasil proses UBC dapat dikatakan
kering jika air total sama dengan air lembab, sementara kondisi equilibrium
moisture adalah kadar air setelah mencapai kesetimbangan. Kadar air lembab
batubara hasil proses UBC turun secara signifikan sehingga nilai kalor menjadi
naik menyamai batubara bituminous. Proses UBC tidak mengubah kandungan abu dan
belereng dalam batubara tersebut. Hasil pengujian briket UBC dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengujian briket UBC
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa kuat tekan
briket batubara hasil proses UBC cukup tinggi, yaitu 60,4 kg/cm2. Sementara
hasil pengujian drop shutter test menunjukan, briket UBC cukup baik mengingat
pecahan terbanyak didapat pada fraksi terbesar.
3.7
Keekonomian
Hasil studi ekonomi proses UBC skala pilot
menunjukan bahwa biaya proses untuk 1 ton batubara raw adalah US$ 8.8. Untuk
pembangunan pabrik UBC skala komersial dengan kapasitas produk 5000 ton/hari
diperlukan biaya US $ 82 juta, dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Keekonomian UBC
3.8
Program
UBC Di Indonesia
Teknologi UBC di Indonesia dimulai dengan
dibangunnya pilot plant di Palimanan, Cirebon yang telah mulai beroperasi sejak
tahun 2003 dengan kapasitas 5 ton/hari. Tahun 2006 akan dibangun pabrik UBC
skala demo dengan kapasitas 1.000 ton/hari yang akan mulai beroperasi tahun
2008. Skala komersial dengan kapasitas 5.000 ton/hari atau 1,7 juta ton/tahun
diharapkan mulai dibangun pada tahun 2009 dan beroperasi pada tahun 2010. Pada
tahun 2025 diharapkan telah ada 14 pabrik UBC skala komersial dengan kapasitas masing-masing
1,7 ton/hari sehingga pada tahun tersebut kurang lebih 24 juta ton/tahun
batubara peringkat rendah Indonesia telah dapat ditingkatkan kualitasnya dan
dapat diekspor untuk menambah devisa negara.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
« Upgrading batubara (coal upgrading) adalah suatu proses untuk meningkatkan kualitas batubara peringkat
rendah (lignit dan atau sub-bituminus) dan menghasilkan batubara yang setara
dengan batubara bituminus (air rendah dan nilai kalor tinggi).
« Manfaat Upgrading batubara
Ø
Meningkatkan
nilai tambah
Ø
Meningkatkan
efisiensi pembakaran
Ø Kestabilan
kualitas batubara untuk industri yang telah ada kestabilan kualitas batubara
untuk industri yang telah ada
Ø
Mengurangi biaya
transportasi
Ø
Mengurangi emisi:
CO2, SOX NOX & partikulat
Ø
Menjaga
terjadinya degradasi (fines/dust)
«
UBC (Upgrading Brown Coal) merupakan proses peningkatan nilai kalori batubara kalori rendah
melalui penurunan kadar air lembab dalam batubara.
DAFTAR
PUSTAKA
https://hasillitbang.tekmira.esdm.go.id/?p=800
(Dikutip Tanggal 2 Desember 2020)
https://www.academia.edu/28544293/Upgrading_Batubara
(Dikutip Tanggal 2 Desember 2020)
http://mandeleyev-rapuan.blogspot.com/2012/06/peningkatan-kuaitas-batubara.html
(Dikutip Tanggal 2 Desember 2020)
https://notemuza.blogspot.com/2021/01/makalah-pengantar-energi-tentang-coal.html (Dikutip Tanggal 2 Desember 2020)
No comments:
Post a Comment